Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Lelaki yang Dikutuk Jadi Nelayan Seumur Hidupnya

21 Maret 2022   07:57 Diperbarui: 21 Maret 2022   08:02 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi Lelaki yang Dikutuk Jadi Nelayan / Dokpri @ams99. By. Text Art

Puisi : Lelaki yang Dikutuk Jadi Nelayan Seumur Hidupnya

Di tepi teluk yang tenang ini
Ada yang janggal dan ajaib
Hujan turun di bulan Maret.
Ketika malam kian pekat
Sebuah perahu tak berpenghuni
Berlayar sendiri
Bertolak dari pesisir
Menuju ke bagian teluk lain
Yang masih terlihat dari sini
Meski terhalang kabut-kabut.
Pada perahu yang tak lazim itu
Menyelinap seseorang yang hitam legam
Pakaian kumal, wajah kusam
Sepertinya, Ia dikutuk menjadi nelayan
Seumur hidupnya.
Entah apa yang merasuki
Hingga ia enggan menapakkan kaki
Di daratan yang ramai.
Orang-orang mengenalnya sebagai
Lelaki tulen penuh maskulin
Sebelum semuanya itu berakhir.
Ketika pada sebuah senja yang hujan
Seorang punggawa datang menghampiri
Meminta dengan nada sopan
Agar ia merelakan satu-satunya pohon kembang
Tersimpan rapi di geladak
Yang telah di tanam
Disiram, dirawat bertahun-tahun
Penuh harapan
Teman dalam setiap pengembaraan
Lalu kini mekar hendak di ambil orang.
Ia gamang dalam perasaan penuh kekalutan
Pembesar itu datang dengan sejumlah hulubalang
Menawarkan dua pilihan;
Merelakan kembang
Atau
Kehilangan pencaharian.

Balikpapan, 20 Maret 2022
Ali Musri Syam Puang Antong

Puisi Sebelumnya: Syair Waktu

Puisi Pilihan: Menunggu Kau Kembali

Puisi Pilihan Lainnya: Hakikat Sepi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun