Mohon tunggu...
Alifyusuf
Alifyusuf Mohon Tunggu... Pedagang

Suka membaca cerpen, suka melihat para pedagang kecil tertawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sengkuni Selalu Ada (2)

22 Juli 2025   10:24 Diperbarui: 22 Juli 2025   10:36 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku semangat. Setiap hari aku membuat cerpen, ku kirimkan ke media yang berbeda. Harus menunggu sekitar sebulan dua bulan. Sambil menunggu aku tetap menulis cerpen. Puluhan cerpen sudah kukirimkan. "Aku tinggal menunggu kabar baik, sebanyak itu masak tidak ada yang diterima," kataku dalam hati.

Email pemberitahuan datang. Mohon maaf, cerpen yang Anda kirimkan tidak lolos kurasi. Tetap semangat untuk berkarya.

Email itu tidak hanya satu, tapi semua cerpen yang kukirimkan hingga puluhan dibalas sama. Aku langsung tidak semangat. Aku berhenti. Beberapa waktu aku berhenti sibuk mencari pekerjaan lepas. Lowongan kerja pun syaratnya anak remaja yang 'berpenampilan menarik'. Bilang saja muda dan cantik.

Suatu hari ada teman dari kota yang menghubungi. Awalnya bertanya kabar. Dia ingin dibelikan Krecek sayur khas desaku, uangnya ditransfer. "Siap, hari ini langsung akan kukirimkan," kataku.

Bekal jualan baju online memberikanku ilmu kira-kira tentang berat suatu produk. Waktu itu aku belum punya timbangan. Aku juga sudah biasa mencari jasa kirim yang sesuai dengan suatu daerah. Maklum, sudah tiga tahun aku jualan pakaian online. Mengirimkan barang dengan tujuan kota sampai pelosok dengan segala kendala yang ada di setiap daerah sudah kualami. Aku mencarikan jasa kirim yang 'aman' untuk daerah tersebut.

Pernah dulu, aku kirim ke desa di pulau Sumatra, sudah beberapa kali pelanggan order, ada saja kendala. Paket selalu tidak sampai rumah, jadi pembeli harus menjemput ke kantor jasa kirim di kabupaten yang agak jauh dari desanya. Sudah kuganti dengan jasa kirim yang lain, meskipun harganya lebih mahal, dan aku bersedia 'tombok' ongkos kirimnya karena penasaran. Ternyata sama saja. Pembeli yang harus menjemput paket. Fix. Itu rumahnya memang terpencil dan jauh sehingga kurir mungkin rugi bensin jika hanya mengirim satu paket.

Kembali ke Krecek yang kukirim. Karena rumahnya di kota jadi aku berani menetapkan jasa kirim termurah. Sehingga biaya totalnya murah, dia tidak keberatan. Bahkan minta dikirimi beberapa kilo. Lancar. Hanya 2 sampai 3 hari sampai.

Senangnya, dia sangat puas dengan kreceknya. Dimasak enak, semua keluarga suka. Dari sini kuputuskan mengunggah Krecek untuk kujual di marketplace. Aku semangat mengunggah beberapa jenis Krecek. Beruntung desaku dekat Solo yang kaya akan kreceknya yang beraneka rasa dan harga. Jangan heran jika ada Krecek di tokoku dengan harga murah, ada juga yang super mahal. Eits, jangan pakai logika, pakai lidahmu. Hanya akan tau bedanya Krecek yang kujual dengan lidahmu.

Bersyukur, tak harus menunggu lama aku mendapat pembeli. Dan aku sekali lagi sangat bersyukur. Aku membaca review dari penjual online lain yang tidak dapat pembeli pertama meskipun aktif beberapa bulan hingga tahun.

Aku mendapatkan penghasilan tambahan dari jualan Krecek di marketplace. Apakah aku sudah puas? Belum. Jualan kadang sepi kadang laris. Aku ingin jualanku laris terus. Uang mengalir lancar dan deras. Tapi ada hukum alam yang harus kuikuti. Jualan kadang ramai kadang sepi.

Aku sampai lupa karena sibuk mencari pendapatan pasif, ada pendapatan utamaku. Warung jualanku, memang tak butuh semangat lebih, warungku sudah ramai. Tapi, sekarang ada yang berubah. Tetanggaku, hanya berjarak satu rumah, membuka warung dengan konsep yang sama. Jiwa Sengkuniku mulai bersiasat. Mereka menggunakan kontainer model kekinian. Gawat, aku kalah modal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun