Mengalir dalam, tapi tak terlihat. Â
Aku masih belajar memahamimu. Â
Pernah kau belikan kopi panas, Â
Tanpa kata, hanya letakkan di meja. Â
Aku tersenyum, kau tak melihat, Â
Tapi Jakarta pagi itu terasa hangat. Â
Mungkinkah ini caramu berkata? Â
Jakarta dan cinta kita sama, Â
Penuh kesibukan, kadang tak terduga. Â
Aku tak menuntut bunga atau puisi, Â
Hanya satu tatapan yang berarti. Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!