Mohon tunggu...
Ali Muakhir
Ali Muakhir Mohon Tunggu... Penulis - (Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Selama ini ngeblog di https://www.alimuakhir.com I Berkreasi di IG @alimuakhir I Berkarya di berbagai media dan penerbit I (cp: ali.muakhir@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Antara Pulau Weh di Aceh dan Labuan Bajo di Flores Selalu Ditemani Geliga Krim

9 Januari 2018   10:38 Diperbarui: 13 September 2018   16:34 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menatap indahnya gugusan pulau di sekitar Bukit Padar Labuan Bajo (Foto Dok.Pri)

Sempat makan siang di salah satu kedai di Kota Sabang, sebelum menuju penginapan yang ada di sekitar Pantai Iboih.  Usai cek in langsung menuju Pulau Rubiah yang ada di seberang penginapan menggunakan speedboat.

Pesona laut Pulau Rubiah selama ini sudah sangat dikenal wisatawan. Tak heran jika hari itu, pulau yang luasnya kurang lebih 26 hektar dan jaraknya sekitar 250 meter dari Pantai Iboih sudah dipadati pengunjung. Jarak taman laut sangat dekat sehingga tidak perlu berenang jauh untuk menikmati keindahannya.

Berbagai macam spesies ikan tropis seperti angel fish, gigantic clams, school of parrot fish, lion fish dan sebagainya langsung menyapa. Terdapat juga berbagai jenis terumbu karang.

Salah satu sisi Pulau Rubiah yang cantik (Foto Ali)
Salah satu sisi Pulau Rubiah yang cantik (Foto Ali)
Bertandang ke rumah Nemo Pulau Rubiah (Foto Dok.Pri)
Bertandang ke rumah Nemo Pulau Rubiah (Foto Dok.Pri)
Menurut pemandu, di Pulau Rubiah juga ada beberapa spot untuk snorkeling dan diving. Karena sudah sore,  saya pilih snorkeling menuju ke rumah nemo. Posisinya di sisi kanan dermaga. Saya berenang kurang lebih 200-an meter menyisir tebing.

Benar saja, setelah menyisir tebing akhirnya bisa bertamu di rumah nemo. Ya ampuuun, nemonya lucu sekali. Setelah puas snorkeling saya kembali ke penginepan untuk menghabiskan malam di tepian Pantai Iboih.

Sebelum istirahat, saya kembali mengoleskan Geliga Krim di pundak, punggung, paha, dan betis sambil memijat. Bukan apa-apa, jaga-jaga supaya besok bisa kembali menikmati Pulau Weh tanpa pegal-pegal dan nyeri sendi.

Titik Nol, Benteng Jepang, Pantai Sumur Tiga, dan Gua Sarang

Jadwal traveling ke Aceh berikutnya cukup padat. Pagi-pagi menuju Titik Nol Indonesia. Saya pikir di sana hanya ada tugu, ternyata sekarang di depan sebelah kanan ada titian menuju tebing pantai yang jadi spot foto.

Titian cukup panjang dan meliuk-liuk yang membebaskan traveler dan wisatawan menikmati sejuknya hutan di tepi pantai, semilir angin, dan keindahan pemandangan laut lepas. Jika tidak kuat jalan, bisa capek. Untunglah, semalam sudah menggunakan Geliga Krim, jadilah tidak pegal-pegal.

Titik Nol Indonesia di Pulau Weh atau Sabang (Foto Dok.Pri)
Titik Nol Indonesia di Pulau Weh atau Sabang (Foto Dok.Pri)
Spot foto di tepian laut lepas Tugu Titik Nol Indonesia yang ramai (Foto Ali)
Spot foto di tepian laut lepas Tugu Titik Nol Indonesia yang ramai (Foto Ali)
Setelah puas mengeksplor Titik Nol dan makan siang di sebuah rumah makan di tepian Danau Aneuk Laot, melanjutkan perjalanan menuju  Benteng Jepang di Desa Anoi Hitam Suka Karya Sabang.  

Aneuk Laot dalam bahasa Indonesia berarti Anak Laut. Danau Aneuk Laot berada di tengah-tengah Kota Sabang. Di sini sangat dikenal dengan sunset-nya yang indah. Dari Danau Aneuk Laot menuju Benteng Jepang kurang lebih perlu waktu 20 menit perjalanan darat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun