Mohon tunggu...
Ali Muakhir
Ali Muakhir Mohon Tunggu... Penulis - (Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Selama ini ngeblog di https://www.alimuakhir.com I Berkreasi di IG @alimuakhir I Berkarya di berbagai media dan penerbit I (cp: ali.muakhir@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Antara Pulau Weh di Aceh dan Labuan Bajo di Flores Selalu Ditemani Geliga Krim

9 Januari 2018   10:38 Diperbarui: 13 September 2018   16:34 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menatap indahnya gugusan pulau di sekitar Bukit Padar Labuan Bajo (Foto Dok.Pri)

Saya sempat ternganga ketika tiba di pintu masuk Benteng Jepang karena mirip gua. Saya makin ternganga ketika tiba di atas bukit, di mana markas utama benteng berdiri. Pemandangan laut lepas dari markas utama luar biasa indah.

Jalan menuju puncak Benteng Jepang (Foto Ali)
Jalan menuju puncak Benteng Jepang (Foto Ali)
Markas utama Benteng Jepang menghadap laut lepas (Foto Ali)
Markas utama Benteng Jepang menghadap laut lepas (Foto Ali)
Menurut sejarah, sejak 14 Juli 1942 hingga tahun 1945, Sabang pernah menjadi markas Angkatan ke- 9 Armada Expeditionary 1 Angkatan Laut Jepang saat  menghadapi Sekutu di kawasan Samudera Hindia.

Pada 1 September 1945 seluruh armada Jepang diterik dari Sabang, seiring dengan Operasi Sunfish yang digelar sekutu saat menyerbu Sabang dengan kekuatan 25 kapal perang dan Jepang kalah.

Destinasi berikutnya Pantai Sumur Tiga dan Gua Sarang. Baru kemudian menuju pusat kota dan menikmati makanan khasnya.

Pantai Sumur Tiga yang bersih (Foto Ali)
Pantai Sumur Tiga yang bersih (Foto Ali)
Lanscape Gua Sarang yang menakjubkan (Foto Dok.Pri)
Lanscape Gua Sarang yang menakjubkan (Foto Dok.Pri)
Keesokan harinya, usai sarapan menuju dermaga, menyeberang kembali menuju Banda Aceh. Tiba di Banda langsung menuju beberapa destinasi di Aceh seperti Museum Tsunami, Museum Kapal, Masjid Baiturrahman, Kubah Masjid, dan pastinya menikmati makanan khasnya sebelum ke bandara pada sore hari. Traveling di Aceh benar-benar menguras tenaga dan menguras kekaguman luar biasa. Benar-benar mampu melepas penat dari rutinitas.

Lorong di Museum Tsunami Aceh (Foto Dok.Pri)
Lorong di Museum Tsunami Aceh (Foto Dok.Pri)
Museum Kapal (Foto Ali)
Museum Kapal (Foto Ali)
Masjid Baiturrahman yang megah (Foto Ali)
Masjid Baiturrahman yang megah (Foto Ali)
Ketemu Komodo di Labuan Bajo

Seminggu kemudian, setelah kembali sibuk dengan rutinitas pekerjaan, saya kembali traveling, kali ini eksplore Labuan Bajo. Beruntung kali ini jadwal penerbangan agak siang, jadi dari Bandung ke Bandara Soekarno-Hatta usai shalat subuh. Terbang pukul 10.50 WIB, tiba di Bandara Komodo 14.25 WIT.

Sebelum naik kapal pinisi yang akan menemani saya dan rombongan selama eksplore Labuan Bajo, lagi-lagi saya oleskan Geliga Krim di leher, pundak, punggung, dan betis supaya badan terasa segar.

Setelah perahu berlayar kurang lebih 1 jam, jelang sore singgah di Pulau Kelor. Pulau Kelor menurut saya jadi bukti kalau keindahan Indonesia emang sempurna. Mulai dari bawah laut, pantai, hingga bukitnya indah. Sayang tidak bisa berlama-lama di sana.

Perahu Pinisi yang membawa rombongan (Foto Dok.Pri)
Perahu Pinisi yang membawa rombongan (Foto Dok.Pri)
Pantai Pulau Kelor yang cantik dan bersih (Foto Ali)
Pantai Pulau Kelor yang cantik dan bersih (Foto Ali)
Menikmati syurga alam di Bukit Padar (Foto Dok.Pri)
Menikmati syurga alam di Bukit Padar (Foto Dok.Pri)
Pantai Pink di sore hari (Foto Ali)
Pantai Pink di sore hari (Foto Ali)
Bercengkerama dengan Komodo (Foto Dok.Pri)
Bercengkerama dengan Komodo (Foto Dok.Pri)
Esok harinya, perahu berlayar ke Pulau Padar. Ini pulau tujuan utama selain Pulau Komodo jika ke Labuan Bajo. Pulau Padar memang pantas disebut sebagai surga tersembunyi karena aslinya memang luar biasa banget pemandangannya. Supaya mendapat pemandangan yang indah harus naik bukit kurang lebih 1-2 jam.

Track menuju Bukit Padar tidak mudah, kita harus naik undakan dan bebatuan terjal, jika tidak siap bisa nyeri sendi dan pegal-pegal. Beruntung saya selalu bawa Geliga Krim, jadi anti nyeri dan pegal-pegal, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun