Gerbang Lubang Buaya
Di malam yang menggigil, bumi menelan tujuh nama
bukan pahlawan, bukan pengkhianat,
tapi tanda tanya yang dikubur dalam darah
dan dibalut bendera kebohongan berlapis emas.
Monumen berdiri, bukan untuk mengenang,
tapi untuk mengunci mulut sejarah
dengan rantai narasi tunggal
di mana iblis berwajah malaikat,
dan malaikat disalibkan sebagai iblis.
Radio menyiarkan takbir kemenangan,
sementara di selokan, jutaan jiwa
menjadi abu tanpa nisan,
dihapus dari buku, dihapus dari ingatan,
hanya karena bayangan merah di langit fajar.
Kini, di era yang katanya terbuka,
kita masih bertanya:
apakah kebenaran harus menunggu
sampai semua saksi mati
dan hanya tinggal debu yang berbicara?
Jangan biarkan sejarah jadi kuburan sunyi
bongkar gerbangnya,
biarkan angin masuk,
agar generasi esok tak lahir
dalam rahim kebohongan yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!