SALIB, LAMBANG CINTA YANG MENGUBAH HIDUP
Salib adalah simbol paling dikenal dalam iman Kristiani, namun kita tak boleh melupakan asal-usulnya yang kelam. Pada zaman Romawi, salib adalah alat eksekusi paling kejam yang digunakan untuk menghina dan menghancurkan manusia. Namun, dalam kasih-Nya yang tak terbatas, Yesus (Putra Allah) memilih jalan ini: jalan penderitaan, penghinaan, dan kematian, untuk menebus dosa kita.
Dengan kebangkitan-Nya, Ia mengubah simbol kehinaan menjadi lambang kemenangan atas maut dan dosa. Memandang salib berarti memandang kasih Allah yang total, Allah yang rela turun sedalam-dalamnya ke jurang penderitaan manusia untuk mengangkat kita. Seperti kata Santo Paulus:
"Kami memberitakan Kristus yang disalibkan, yang untuk orang Yahudi adalah batu sandungan dan untuk orang Yunani kebodohan, tetapi bagi kita, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1 Korintus 1:23-24).
Salib mengajarkan kita bahwa jalan keselamatan bukanlah jalan pintas, melainkan jalan pengorbanan dan kerendahan hati. Setiap penderitaan, ketidakadilan, atau luka yang kita alami, jika disatukan dengan salib Kristus, bisa menjadi sarana penebusan dan pengharapan.
Sejarah Pesta Pemuliaan Salib Suci: Dari Kehinaan ke Kemuliaan
Pesta Pemuliaan Salib Suci yang dirayakan setiap 14 September bukan sekadar peringatan simbolis, tetapi mengingatkan kita pada karya keselamatan Allah yang nyata dalam sejarah. Asal-usul perayaan ini berakar pada dua peristiwa penting:
Penemuan Salib oleh St. Helena (abad ke-4)
St. Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung, melakukan ziarah ke Yerusalem sekitar tahun 326. Dalam penggaliannya, ia menemukan kayu salib yang diyakini sebagai Salib Kristus. Penemuan ini menjadi momen sukacita besar bagi umat Kristen, karena salib yang dahulu simbol kematian kini dipandang sebagai alat keselamatan.
Peresmian Basilika Makam Kudus (335) dan Pengembalian Salib oleh Kaisar Heraklius (628)
Kaisar Konstantinus membangun Basilika Makam Kudus di Yerusalem untuk menghormati tempat penyaliban, pemakaman, dan kebangkitan Kristus. Peresmian dilakukan pada 13 September 335, dan keesokan harinya (14 September), Gereja merayakan pesta khusus untuk memuliakan Salib. Pada abad ke-7, ketika Salib sempat dirampas oleh bangsa Persia, Kaisar Heraklius berhasil mengembalikannya ke Yerusalem pada tahun 628. Peristiwa ini memperkuat makna Salib sebagai tanda kemenangan Allah atas kegelapan.
Dengan demikian, Salib bukan sekadar benda sejarah, melainkan pengingat hidup akan kasih Allah yang terus bekerja dalam dunia dari masa lalu hingga kini.
Makna Bacaan Hari Ini Tentang Salib
Bacaan-bacaam hari Minggu ini, 14 September mengungkapkan makna mendalam Salib sebagai pusat iman Kristiani.
Bacaan Pertama dari Bilangan 21:4-9 menekankan Salib sebagai Tanda Keselamatan.