Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[refleksiiman] Salib, Lambang Cinta yang Mengubah Hidup

14 September 2025   07:21 Diperbarui: 14 September 2025   07:21 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: catatanseorangofs)

SALIB, LAMBANG CINTA YANG MENGUBAH HIDUP

Salib adalah simbol paling dikenal dalam iman Kristiani, namun kita tak boleh melupakan asal-usulnya yang kelam. Pada zaman Romawi, salib adalah alat eksekusi paling kejam yang digunakan untuk menghina dan menghancurkan manusia. Namun, dalam kasih-Nya yang tak terbatas, Yesus (Putra Allah) memilih jalan ini: jalan penderitaan, penghinaan, dan kematian, untuk menebus dosa kita.

Dengan kebangkitan-Nya, Ia mengubah simbol kehinaan menjadi lambang kemenangan atas maut dan dosa. Memandang salib berarti memandang kasih Allah yang total, Allah yang rela turun sedalam-dalamnya ke jurang penderitaan manusia untuk mengangkat kita. Seperti kata Santo Paulus:
"Kami memberitakan Kristus yang disalibkan, yang untuk orang Yahudi adalah batu sandungan dan untuk orang Yunani kebodohan, tetapi bagi kita, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1 Korintus 1:23-24).

Salib mengajarkan kita bahwa jalan keselamatan bukanlah jalan pintas, melainkan jalan pengorbanan dan kerendahan hati. Setiap penderitaan, ketidakadilan, atau luka yang kita alami, jika disatukan dengan salib Kristus, bisa menjadi sarana penebusan dan pengharapan.

Sejarah Pesta Pemuliaan Salib Suci: Dari Kehinaan ke Kemuliaan

Pesta Pemuliaan Salib Suci yang dirayakan setiap 14 September bukan sekadar peringatan simbolis, tetapi mengingatkan kita pada karya keselamatan Allah yang nyata dalam sejarah. Asal-usul perayaan ini berakar pada dua peristiwa penting:

Penemuan Salib oleh St. Helena (abad ke-4)
St. Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung, melakukan ziarah ke Yerusalem sekitar tahun 326. Dalam penggaliannya, ia menemukan kayu salib yang diyakini sebagai Salib Kristus. Penemuan ini menjadi momen sukacita besar bagi umat Kristen, karena salib yang dahulu simbol kematian kini dipandang sebagai alat keselamatan.

Peresmian Basilika Makam Kudus (335) dan Pengembalian Salib oleh Kaisar Heraklius (628)
Kaisar Konstantinus membangun Basilika Makam Kudus di Yerusalem untuk menghormati tempat penyaliban, pemakaman, dan kebangkitan Kristus. Peresmian dilakukan pada 13 September 335, dan keesokan harinya (14 September), Gereja merayakan pesta khusus untuk memuliakan Salib. Pada abad ke-7, ketika Salib sempat dirampas oleh bangsa Persia, Kaisar Heraklius berhasil mengembalikannya ke Yerusalem pada tahun 628. Peristiwa ini memperkuat makna Salib sebagai tanda kemenangan Allah atas kegelapan.

Dengan demikian, Salib bukan sekadar benda sejarah, melainkan pengingat hidup akan kasih Allah yang terus bekerja dalam dunia dari masa lalu hingga kini.

Makna Bacaan Hari Ini Tentang Salib

Bacaan-bacaam hari Minggu ini, 14 September mengungkapkan makna mendalam Salib sebagai pusat iman Kristiani.

Bacaan Pertama dari Bilangan 21:4-9 menekankan Salib sebagai Tanda Keselamatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun