Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[humorpagi]: Pacu Jalur, Paku Nyasar, dan Gengsi Kampung Seberang

9 Juli 2025   07:54 Diperbarui: 9 Juli 2025   07:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini istimewa. Datang seorang jurnalis asing bernama Samantha, dari Inggris. "So unique, very local, absolutely authentic!" katanya sambil motret ibu-ibu bawa bakul ke festival.

Semua langsung panik ingin tampil keren. Kepala desa buru-buru potong rambut. Ketua panitia pesan baliho kilat. Sayangnya, hasil cetak berbunyi:

"SELAMAT DATANG DI PESTA PACUL JALUR"
(Pacul, bukan Pacu. Tukang cetaknya ketiduran.)

Lomba dan Paku Misterius

Lomba dimulai. "Macan Sungai" dan "Burung Petir" meluncur seperti motor ngebut malam minggu. Air terbelah, semangat membuncah, dan kamera-kamera HP murahan mulai nge-lag.

Tiba di tikungan maut, "Burung Petir" mendadak oleng dan -byurr!- terbalik. Para pendayung jatuh bergulingan, ada yang masih sempat ngambil selfie.

Penonton heboh. "Curang! Kampung Ujung pasti pasang jebakan paku!"
Tapi kemudian ada anak kecil yang nemu paku karatan di pinggir sungai. "Pak, ini kayaknya bukan sabotase, tapi bekas gantungan jemuran."

Namun tuduhan sudah terlanjur menyebar. Dani dituduh pakai mesin motor tempel, Ujang dituduh lempar ilmu hitam (padahal itu cuma abu gosok).

Pak Makmur, tetua yang sudah dua kali pensiun dan tiga kali lupa ulang tahun cucu, naik ke perahu dan berteriak:

"Cukup! Kalau masih ribut, tahun depan kita lomba renang gaya bebek saja!"

Semua terdiam. Bahkan bayi yang nangis mendadak diem, mungkin takut dikira peserta lomba.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Rekonsiliasi ala Warung Kopi

Malam harinya, Ujang dan Dani dipaksa duduk bareng di tenda makan. Dikelilingi sate padang, kerupuk jangek, dan kopi tubruk, mereka mulai ngobrol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun