Langkah menuju kepercayaan diri sejati adalah belajar untuk memisahkan kebutuhan akan validasi eksternal dari rasa puas terhadap diri sendiri. Puasa, dalam tradisi Katolik dan Islam, menunjukkan bagaimana seseorang bisa membangun kepercayaan diri yang berdasar pada keyakinan spiritual, bukan pada pengakuan orang lain. Dengan menahan diri dari keinginan duniawi, mereka belajar bahwa nilai sejati datang dari dedikasi terhadap hal-hal yang lebih besar dan lebih mendalam.
Dalam kehidupan sehari-hari, pelajaran ini dapat diterapkan dengan berhenti sejenak untuk merenungkan nilai diri yang sebenarnya. Seseorang mungkin mulai dengan berhenti mencari pujian atas pekerjaan mereka, dan sebaliknya fokus pada tujuan jangka panjang yang berarti.
Begitu juga, mereka bisa mempraktikkan kesederhanaan dengan menahan diri dari kebiasaan berbagi setiap pencapaian di media sosial demi penghargaan. Sama seperti puasa, membangun kepercayaan diri dari dalam membutuhkan latihan dan kesabaran, tetapi hasilnya adalah cahaya yang tidak bisa dipadamkan oleh apapun.
Penutup
Kepercayaan diri yang berasal dari diri sendiri adalah perjalanan refleksi dan latihan yang membutuhkan waktu. Seperti puasa Katolik dan Islam, yang bertepatan hampir bersamaan, kepercayaan diri sejati berasal dari hubungan yang lebih dalam dengan spiritualitas dan keyakinan.
Cahaya yang terpancar dari kepercayaan diri ini tidak akan redup meskipun dunia tidak memberikan pengakuan. Keyakinan pada diri sendiri adalah pilar yang kuat, dan sekali berdiri kokoh, ia tidak akan tergoyahkan oleh angin keraguan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI