Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Seorang ASN yang Sederhana dan Rendah Hati

6 Februari 2021   13:14 Diperbarui: 6 Desember 2021   14:53 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alm. Yohanes Djanu Rombang

Selama seminggu lebih, Pak John terbaring di RSU Daerah Kabupaten Bangka. Tepat pada tanggal 4 Februari 2021, pukul 10.23 wib, John meninggalkan keluarga menghadap Sang Pencipta, Allah Bapa di Surga. John meninggal dunia di RSU Daerah Kabupaten Bangka di ruang ICU. 

John meninggalkan seorang isteri, dan tiga orang anak. John juga meninggalkan ke-5 adiknya. Tidak hanya itu, John juga pergi meninggalkan keluarga besarnya yang selama hidupnya, beliau menerima semua orang sebagai saudara-saudarinya. 

John yang dibiasa disapa oleh kalangan keluarganya itu dengan nama lengkap Yohanes Djanu Rombang, lahir di Sungailiat, 8 September 1960. Nama belakangnya menandakan asal usulnya. John terlahir dari alm. Bapak Yulius Djanu Rombang dan alm.Ibu Agnes To'lose. 

Kedua orangtuanya meninggal dan dikuburkan di pekuburan Katolik Sungailiat. Alm. Bapak Yulius adalah pensiunan tentara dari Kompi Yonif B Senapa Sungailiat. Setelah sepeninggalan kedua orangtua, keluarga besar Djanu Rombang menetap di Jl. Maras, Belakang RSU Daerah Kabupaten Bangka Sungailiat. Anak-anak alm. Bapak Yulius semuanya dilahirkan dan dibesarkan di Sungailiat. 

Pak John yang biasa disapa dikalangan keluarga, adalah seorang ASN, guru yang mengampu sejarah. Dia tamatan IKIP Sanata Dharma Yogjakarta. Setelah tamat dari Sanata Dharma, dia pernah mengajar di SMA Santo Yosef Pangkalpinang. Kemudian mengikuti test PNS di Palembang dan diterima menjadi ASN sebagai guru di Kabupaten Bangka. 

Karyanya sebagai seorang guru dijalankan dengan penuh sederhana dan rendah hati. Dalam kesederhanaan dan rendah hati, beliau adalah seorang pejuang dunia pendidikan terkhusus untuk anak-anak yang sederhana. Hal ini pernah dibuktikannya ketika dia bertugas dan mengajar di SMP Negeri Payung.

Pengalamannya di SMP Negeri Payung dengan perjalanan yang ditempuhnya begitu jauh, apalagi dengan kondisi jalan dimasa-masa itu, membuatnya menjadi sedikit kewalahan. Dia jatuh dari motornya, kakinya patah dan motornya rusak parah. Akibat dari itu, beliau kemudian ditempatkan di Sungailiat. 

Pengalaman jatuh dari motor, yang menjadikannya mutasi di Sungailiat, tidak mengakhiri perjuangan hidupnya sebagai seorang guru. Dia harus terus berjuang dengan kondisi kakinya yang masih sakit. Walaupun telah dioperasi untuk memasang pen pada tulang kaki yang patah dan retak. 

Supaya bisa berjumpa dengan anak-anak di sekolah dan mengajarkan anak-anaknya, dia harus pergi ke sekolah dengan dibantu tongkat kayu. Sementara itu, obat menawar nyeri dan sakit pada tulang-tulang kakinya, tak pernah stop untuk dikonsumsinya.

Obat-obat yang dikonsumsinya rupanya tak membuahkan kesembuhan kakinya. Kakinya bekas patah dan retak,  hampir setiap harus mengeluarkan nanah, luka-luka terlihat sembuh dari luar, namun dari dalamnya tetap luka dan bahkan terkadang busuk. 

Pengalaman yang dirasakannya, berujung pada tahun 2007. Dia harus terbang ke Jakarta untuk mengoperasikan kembali kakinya yang patah. Beliau menceritakan kepada saya, luka-luka yang pernah dijahit serta pen-pen yang pernah dipasang harus dibongkar lagi. Karena menurut dokter, ada pembusukan didalam tulang kaki, ungkap beliau pada suatu waktu.

Saya sendiri yang mendengarkannya, merasa ngeri. Tetapi dalam hati saya salut akan perjuangan seorang kakak ini. Tak pernah mengeluh tentang tugasnya sebagai seorang guru. Bahkan ia tetap komit menjalankan tugasnya, walaupun kondisi kakinya sakit parah. 

Selepas dari operasi kembali kakinya yang patah, obat yang selama ini dikonsumsinya, bukan semakin berkurang. Tetapi justru semakin banyak obat yang diminumnya. Ketika saya tanya, pak kenapa masih tetap minum obat. Inikan resep dokter!

Saya mengikuti, biar kaki saya bisa sembuh, cetusnya. Saya pun hanya diam. Selang beberapa bulan, John kembali mengontrol pemasangan pen kakinya di Jakarta. Kali ini, beliau pergi untuk mencheck dan membuka benang jahitan luka kakinya. Prosesnya lancar. Menurut dokter, proses penyembuhan kakinya mulai membaik. Namun, kebiasaan mengkonsumsi obat masih tetap dijalankan. 

Ada satu cerita yang menarik dari John ketika naik becak pulang dari RS kembali ke tempat penginapan. Didalam becak, tukang becak bertanya, kenapa pak, jalannya pincang? John pun menceritakan tentang kondisi kakinya. Tukang becak pun memberikan saran kepadanya. 

"Pak, lebih baik pulang nanti, pak cari kaki ayam, beli seraih, bawang merah-putih, kemudian rebus untuk menjadi sup, minum hangat-hangat setiap hari atau seminggu tiga kali. Tiga bulan, pasti akan baik kaki pak ini". John yang boleh dibilang bingung itu, pulang ke Bangka dan dengan rendah hati mengikuti petunjuk tukang becak. 

John mengajak Ibu-isterinya ke pasar dan mencari bahan-bahan yang disebutkan tukang becak di Jakarta. Pulang ke rumah dan memasaknya menjadi sup. John mengikuti petunjuk tukang becak.

Dalam perjalanan, rupanya apa yang dijalankan sesuai petunjuk tukang becak, ampuh. Kaki yang patah kuat kembali. Luka-lukanya tidak keluar nanah lagi. Tongkat kayu yang sering menemani dia menopang kaki yang patah, dibuangnya. John pergi ke sekolah dengan tanpa tongkat lagi. Apa yang dirasakan sebagai "hidup baru" dia sharingkan kepada keluarga dan teman-teman yang menjumpainya. 

Namun, kesembuhan kakinya, rupanya semangat dan perjuangannya melawan sakit tidak berakhir. Tahun 2007, John mengalami sakit parah. Muntah terus menerus dan opname di RSU Daerah Kabupaten Bangka. Karena sakitnya itu, dia harus kembali ke Jakarta untuk proses penyembuhan sakitnya yang baru.

Di Jakarta, setelah pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa John mengalami gagal ginjal. John harus cuci darah. Keputusan untuk cuci darah, dipikirkannya untuk mengambil keputusan medis ini. Proses pergulatan untuk sampai pada memutuskan cuci darah pun, tidak mudah baginya. 

Berkat dukungan keluarga, John mau dan bersedia. Sementara tanggungjawab Ibu, isterinya untuk mengatur pola makan dan minum, dijalankan sesuai dengan resep profesor yang menangani sakit John. Iya, keputusan untuk cuci darah sudah ok. Proses pemasangan keteter, dijalankan. 

John pulang ke Bangka dan mulai "hidup baru" dengan menjalankan hidup dan kerja kerasnya sebagai seorang guru, dengan seminggu dua kali cuci darah. Pengalaman hidup menjalankan cuci darah selama 13 tahun. Proses menjalankan tugasnya sebagai ASN pun tetap dijalankan. 

Terakhir hingga pensiun tahun 2020, John bekerja sebagai seorang Pengawas di Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka. Terbayangkan, bagaimana seorang John menjalankan cuci darah seminggu dua kali, dan menjalankan tugasnya sebagai Pengawas di Dinas Pendidikan? Sungguh luar biasa John. 

Dalam permenungan saya, saya yang selalu dekat denganmu, dalam proses sakitmu di RSU Daerah Kabupaten Bangka, saya bertanya diri: Ada apa dengan proses hidupmu ini semua? Luar biasa hidupmu, karena ditopang oleh iman yang John hayati. Doa adalah sumber komunikasimu dengan Yesus.

Ekaristi yang rajin John ikuti, makanan rohani yang menguatkan sakit dan luka-lukamu. Kekuatan Yesus telah mengokohkan tulang-tulang ragamu, untuk tetap terus berpartisipasi.

Dan akhirnya, bersama Timotius yang mendapat kekuatan dari Yesus melalui Paulus rasul Agung, saya pun mengucapkan bait ini: "Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2Tim 4: 7). John, saya dan keluarga saya, mengucapkan terima kasih. Mohon maaf, atas segala kekuarangan saya Pak.

Selamat Jalan Pak, saya percaya Pak akan berjumpa dengan para kudus, keluarga pak, Rm. Gandung, Rm. Felix, Rm. Niko, Rm. Vincent, dan Mgr. Hila, dll. Berdendang pujian Komunio dalam satu KBG, KBG Pangkalpinang. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun