Kalau transformasi ini sebuah pesta rakyat, maka semua sektor sekarang harusnya sudah mulai naik panggung. Dulu ada yang cuma nonton dari pinggir sambil ngunyah gorengan, sekarang udah pakai mic, siap duet bareng UMKM dan teknologi. Mari kita lihat siapa aja yang akhirnya bangun dari tidur panjang mereka:
Sektor Energi yang dari kipas angin ke panel surya. Dulu fokusnya cuma pasokan listrik. Sekarang mulai ngomongin soal transisi energi, energi baru terbarukan (EBT), dan digitalisasi jaringan. Dari "asal nyala" jadi "harus hijau dan hemat". Dulu yang penting listrik nyala, sekarang kalau gak EBT, gak dilirik. Pemerintah dorong penggunaan IoT buat pantau distribusi. Jadi, kalau lampu padam, penyebabnya gak lagi disebut "angin kencang", tapi bisa ditrack pakai sistem. Gak mistis, tapi teknis.
Sektor Manufaktur sudah berani bilang "Selamat Tinggal Palu, Selamat Datang Sensor". Dulu produksi mengandalkan otot, tenaga kerja segudang, dan spreadsheet warna-warni. Sekarang otomatisasi, AI, dan predictive maintenance mulai masuk pabrik. Akhirnya, bukan cuma ganti seragam pabrik, tapi ganti cara mikir. Dari kerja keras ke kerja cerdas. Manufaktur kita gak cuma ngejar volume, tapi mulai ngomongin efisiensi dan kualitas. Bahkan beberapa UMKM udah pasang sensor suhu di ruang pengering kripik. High-tech banget!
Sektor Keuangan, dari formulir tebal ke Fintech di ujung jari. Dulu pinjam modal harus pakai map tebal, jaminan segala, plus surat keterangan waras. Sekarang bisa lewat aplikasi, di-ACC pakai algoritma. Kalau dulu ke bank harus mandi dulu, sekarang bisa pinjam modal sambil ngasuh anak. Fintech memperluas inklusi keuangan sampai ke pelosok. Ibu-ibu pengusaha sambal di desa sekarang bisa buka rekening, ngajuin pinjaman, dan belanja grosir lewat ponsel semua sambil jagain wajan.
Sektor Logistik, gak cuma kirim barang, tapi kirim data. Dulu kirim barang? Nanya, "Udah sampe mana?" Jawabannya: "OTW tapi ga nyampe-nyampe" Sekarang sudah bisa di-tracking real-time, lengkap sama suhu, lokasi, bahkan posisi supir lagi muter lagu apa (asal hp-nya ga dimatiin si supir). Kirim kerupuk ke Jayapura sekarang bisa dicek kayak ngelacak gebetan detail dan akurat. Logistik makin terintegrasi digital. Biaya turun, kepercayaan naik. Bahkan banyak startup logistik daerah yang mulai ekspor jasa kirim buat UMKM lokal. Paket jalan, usaha pun melesat.
Sektor Teknologi dari poster "Go Digital" ke aksi nyata. Dulu digitalisasi cuma slogan. Sekarang jadi kebutuhan pokok kayak pulsa dan WiFi. Dulu "transformasi digital" cuma pajangan acara forum. Sekarang, UMKM gak punya akun marketplace bisa dianggap belum buka toko. Pelatihan vokasi digital mulai menjamur. Anak muda di kampung udah bisa ngoding. Yang tadinya cuma buka jasa ketik skripsi, sekarang udah bikin plugin buat toko daring. Bahkan desa-desa mulai bikin dashboard keuangan sendiri. Pemerintah daerah pun pelan-pelan sadar data itu bukan musuh, tapi senjata.
Dulu banyak sektor nunggu bola. Sekarang, semua rebutan jadi striker. Dan yang paling menyegarkan dari semuanya? Semua ini bukan sekadar gimmick di baliho atau narasi di TikTok. Ini langkah konkret, terasa, dan mulai menyentuh semua lapisan ekonomi dari pabrik besar sampai pedagang tahu bulat yang udah bisa terima QRIS.
UMKM: Dari Cuma Numpang Lewat Harus Jadi Pemeran Utama
Kita harus akui, dulu UMKM sering dipanggil di forum ekonomi cuma buat formalitas. Duduk paling belakang, dikasih sertifikat, lalu disuruh pulang. Tapi sekarang? UMKM harus naik panggung. Pegang mic. Jangan mau jadi figuran lagi.
Mereka mulai mengerti soal efisiensi produksi. Mulai melek digital. Mulai nawarin produknya gak cuma lewat WA Story, tapi juga lewat e-commerce global.
Dulu bikin manual, sekarang punya mesin sendiri. Dulu ngaduk adonan sambil ngitung utang. Sekarang udah pake mixer industri yang dipantau dari HP.
Dulu jualan di lapak, sekarang jualan ke luar negeri. Ada yang mulai dari jual keripik di pinggir jalan, sekarang masuk ke katalog e-commerce Uni Emirat Arab. Dan ekspornya? Nggak lewat jalur mistis, tapi lewat regulasi resmi dengan standar yang makin dimudahkan.