Mohon tunggu...
Aleksander Mangoting
Aleksander Mangoting Mohon Tunggu... Pendamping masyarakat

Sangat menyenangkan hidup dengan masyarakat kurang beruntung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kunjungan Wapres RI ke kantor PGI dalam menyikapi berbagai persoalan selama ini khususnya yang bernuansa intoleran

4 Agustus 2025   16:49 Diperbarui: 4 Agustus 2025   16:49 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wapres RI diapit Ketua Umum PGI dan Sekretaris Umum PGI dalam kunjungannya ke kantor PGI (Foto : Jacky Manuputty)

Belajar dan berkaca dari kejadian perusakan rumah doa yang juga berfungsi sebagai tempat pendidikan agama bagi siswa Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, memicu kekhawatiran publik terkait toleransi antarumat beragama. Kejadian yang terjadi pada Minggu (27/7/2025) sore itu viral di media sosial Di saat bersamaan, perempuan-perempuan yang berada di dalam rumah panik dan segera mengevakuasi anak-anak yang menangis histeris.  Menurut keterangan Pendeta GKSI Pdt. F Dachi, menyatakan bahwa saat kejadian, puluhan jemaat tengah berdoa, dan para siswa sedang mengikuti pendidikan agama.  Saat kejadian itu datang ketua RW dan RT memanggil untuk berbicara di belakang rumah. Namun di depan, warga ramai-ramai datang dan melakukan perusakan,"

Dalam peristiwa ini Wapres pun sudah mengunjungi dan juga Ketua Umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia Pdt.  Jacklevyn Fritz Manuputty, pada Jumat (1/8), mengunjungi langsung para korban, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan moral maupun psikologis, serta memastikan para jemaat GKSI merasa aman, dan tidak sendirian.

Wapres Foto bersama dengan semua yang hadir dalam pertemuan di kantor PGI (Foto : Dok Jacky Manuputty).
Wapres Foto bersama dengan semua yang hadir dalam pertemuan di kantor PGI (Foto : Dok Jacky Manuputty).

Wapres ke kantor PGI

Dalam menghadapi persoalan di Padang, Wapres mengunjungi kantor PGI untuk mengadakan komunikasi dan diterima Ketum PGI yang hadir bersama Sekum dan Wasekum PGI serta beberapa orang Sekretaris Eksekutif, dan juga diikuti oleh Pengurus Pusat GAMKI, dibicarakan berbagai hal terkait dengan berkembangnya kasus-kasus intoleransi yang terjadi secara bersambung belakangan ini. Hal hal yang dibicarakan di antaranya; SKB dua menteri-PBM-PERPRES, kesiapan pimpinan daerah, kelangkaan (kurangnya atau minimnya) guru agama Kristen di sekolah-sekolah negeri, kepastian penegakan hukum bagi para pelaku teror dan kekerasan dalam kasus-kasus intoleransi, kerja sama lintas agama dalam penanganan trauma korban kekerasan, penguatan kerja sama lintas agama, protokol penanganan cepat ketika kasus-kasus seperti ini terjadi, serta sejumlah isu lainnya.

Dalam kontesk ini PGI tentunya mengapresiasi kunjungan Wapres, karena kunjungan semacam ini juga bisa dibaca sebagai diplomasi moral antara negara dan warganya. Kita berharap kehadiran pemimpin negara di wilayah yang terpapar tindakan intoleransi dan kekerasan menunjukkan bahwa mereka tidak sekadar mengatur, tetapi hadir dan peduli. Ini turut membangun kepercayaan publik, yang sangat penting dalam upaya memulihkan ruang-ruang sosial yang rusak oleh intoleransi.

Dalam bagian lain, Ketum PGI menyatakan bahwa kami berdoa dan mendorong negara selalu sigap dan hadir, hadir melalui kepastian hukum, hadir melalui kepastian perundang-undangan, hadir melalui penanganan korban, hadir melalui dialog dan berbagai tindakan konkrit untuk memperkuat rajutan kebangsaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Wapres RI sudah mengunjungi Kota Padang untuk melihat secara langsung peristiwa intoleransi dan kekerasan terhadap komunitas Kristen yang terjadi 27 Juli lalu. Segera setelah kunjungan Wapres, saya dan tim dari PGI juga  berkunjung ke wilayah itu untuk berjumpa dengan komunitas korban maupun berbagai pihak lainnya. Hari ini Wapres berkunjung ke PGI untuk membicarakan kasus Padang serta persoalan intoleransi yang mulai marak belakangan ini.

Kunjungan seorang pemimpin negara ke PGI untuk membahas isu-isu tersebut harusnya dimengerti bukan sekadar agenda politik---ia juga mesti dimaknai sebagai simbol. Simbol komitmen terhadap pluralisme, penghormatan terhadap hak berkeyakinan, dan kesediaan untuk mendengarkan suara komunitas akar rumput yang sering kali menjadi korban ketidakadilan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun