Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guyonan Gus Dur Menyehatkan dan Mencerdaskan

20 Juni 2020   10:06 Diperbarui: 20 Juni 2020   10:17 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guyonan Gus Dur Menyehatkan Dan Mencerdaskan.

Mengenang Sang Guru Bangsa yang suka guyon.

Seorang teman pembicara yang berprofesi seorang dokter dalam satu seminar mengatakan bahwa tertawa itu berhubungan dengan kecerdasan dan kesehatan.

Dia mengatakan orang yang cerdas dan sehat itu, tertawa tepat pada waktunya. Jadi kalau ada yang lucu didengarnya, lalu pendengar lelucon atau guyonan itu langsung tertawa tepat pada waktunya. Kalau terlambat tertawa itu mnamanya telmi alias telat mikir. Kalau kecepatan tertawa tanpa alasan dan tertawa terus menerus, maka patut diduga orang tersebut ada gangguan kejiwaan alias gila. Tidak sehat dan tidak cerdas.

Jadi dulu masa Orde Baru Gus Dur sering  tampil sebagai pembicara. Penulis banyak mengikuti ceramah beliau yang kita anggap sebagai Guru Bangsa. Kita bisa mengukur diri apakah sehat dan cerdas ketika mengikuti ceramah beliau. Bisa beliau ceramah selama satu jam, tiga perempat waktunya kita tertawa terpingkal-pingkal. Yang repotnya sudah selesai acara, para panitia kumpul membahas ceramahnya kita bisa  kembali tertawa terpingkal-pingkal lagi.

Yang lebih repot lagi, bisa kita bertemu sesama teman yang sama-sama mengikuti ceramah Gus Dur saling bercerita dan tak kalah lucu juga. Jadi bisa kita bayangkan bagaimana guyonan Gus Dur itu bisa membuat kita tertawa terpingkal-pingkal,  padahal beliau tidak ada dekat kita.

Jadi itulah mungkin yang membuat Ismail yang membaca guyonan Gus Dur di google lalu mempostingnya di FB. Tidak salah sih. Yang salah polisi yang menjemputnya. Masa guyonan dan penikmat guyonan disalahkan? Dijemput dan disuruh lapor selama dua hari lagi. Tidak sehat dan tidak cerdas namanya.

Guyonan dan lelucon di era pemerintahan otoriter seperti era Orde Baru itu sangat penting. Guyonan Gus Dur dan lawakan Bagito di TV, Teater Koma, Riantiarno  dengan gaya kritisnya itu mendapat tempat terhormat bagi kaum intelektual dan berpendidikan. Lawak Srimulat secara umum dan untuk masyarakat umum tanpa kecuali.

Kalau Bagito melawak dengan konsep dan skenario, Gus Dur dengan spontan. Maka ketawa kitapun spontan. Ada yang tertinggal, ya telmi namanya.

Guyonan Gus Dur selain tiga polisi jujur yang bermasalah di Polres di kawasan Maluku Utara itu masih banyak lagi. Saya hanya memilih salah satu saja dalam tulisan ini yang bisa menggambarkan betapa guyonan Gus Dur itu lucu dan penting direnungkan, bisa menyangkut dunia dan akhirat.

Guyonan tentang Supir Metromini dengan Tokoh Agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun