Menjadi wali kelas di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara tidaklah mudah. Dari pukul 07.00 hingga 17.00, seorang wali kelas harus hadir, bukan hanya sebagai guru mata pelajaran, tetapi juga sebagai pembimbing, konselor, sekaligus orang tua kedua bagi para siswa.
Bagi Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, tantangan terbesar bukan terletak pada padatnya jadwal, tetapi pada bagaimana ia mampu menjaga keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang.
“Tantangan terberat adalah ketika menghadapi konflik antar siswa yang menyangkut emosi pribadi dan keluarga. Pernah ada seorang siswa yang mengalami tekanan mental karena masalah di rumah. Ia menjadi sangat tertutup, sulit diajak bicara, dan bahkan prestasinya menurun drastis. Di momen itu, saya harus banyak bersabar, mendekatinya dengan hati, dan mencoba menumbuhkan kembali semangatnya. Alhamdulillah, akhirnya ia bisa kembali bersemangat,” kenangnya.
Situasi seperti ini menjadi pengingat bahwa seorang wali kelas tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga menjadi pendengar yang baik. Ketika seorang siswa merasa dipahami, pelan-pelan ia akan kembali bangkit.
Emosi yang Diuji
Menghadapi puluhan siswa dengan karakter yang berbeda-beda tentu menguras emosi. Ada yang rajin, ada yang keras kepala, ada pula yang pendiam. Tidak jarang, rasa lelah bercampur dengan perasaan ingin menyerah.
Namun, Ustadz Hafis selalu meneguhkan hati dengan niat yang lurus. Baginya, setiap amarah harus dikendalikan, setiap emosi harus ditata agar tidak melukai perasaan siswa.
“Kadang ada momen saya ingin marah ketika melihat siswa tidak disiplin atau melanggar aturan. Tapi saya ingat bahwa mereka masih belajar. Kalau saya marah berlebihan, mereka justru semakin jauh. Maka saya memilih menahan diri dan mengarahkan dengan cara yang lebih lembut,” ujarnya.
Kesabaran menjadi kunci. Baginya, mendidik tidak bisa dilakukan dengan emosi yang meledak-ledak. Justru dengan kelembutan, pesan yang ingin disampaikan akan lebih membekas di hati siswa.
Konsistensi dalam 10 Jam Mengajar
Menghabiskan waktu hampir 10 jam sehari bersama siswa tentu bukan perkara mudah. Energi fisik dan mental benar-benar diuji. Tetapi Ustadz Hafis memiliki rahasia sederhana yang membuatnya tetap bersemangat.