Di tengah 28 siswa yang ia dampingi, ada satu sosok yang sangat menginspirasi.
“Ada satu siswa yang selalu datang paling pagi, selalu rapi, dan disiplin dalam ibadah. Ketika saya tanya apa rahasianya, ia menjawab: ‘Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya.’ Jawaban sederhana itu sangat dalam dan menyentuh hati saya,” ungkap Ustadz Hafis dengan mata berbinar.
Kedisiplinan siswa ini menjadikannya teladan bagi teman-temannya. Ia bukan hanya rajin dalam belajar, tetapi juga konsisten menjaga adab dan ibadah. Kehadirannya seakan menjadi cermin bahwa motivasi terbesar seorang anak adalah doa dan restu orang tua.
Pelajaran Berharga dari Setiap Perubahan
Dari pengalaman manis hingga kisah transformasi, Ustadz Hafis menyadari bahwa setiap anak adalah dunia yang unik. Tidak ada metode tunggal untuk mendidik mereka. Setiap siswa membutuhkan pendekatan yang berbeda, sesuai dengan kepribadian dan kondisi masing-masing.
Perubahan yang ia saksikan setiap hari, sekecil apa pun itu, selalu ia anggap sebagai prestasi terbesar. Karena sejatinya, mendidik bukan hanya soal angka di rapor, melainkan tentang menumbuhkan karakter, kepercayaan diri, dan akhlak yang baik.
“Perubahan itu mungkin terlihat kecil di mata orang lain, tapi bagi saya, itu adalah bukti nyata bahwa pendidikan yang tulus bisa membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah,” ujarnya menutup cerita.
Kelas sebagai Ruang Perubahan
Kisah-kisah tersebut menjadikan kelas IX Zubair bin Awwam lebih dari sekadar ruang belajar. Ia adalah ruang perubahan, di mana setiap anak belajar menemukan jati diri, mengatasi rasa takut, dan menumbuhkan potensi.
Dan bagi Ustadz Hafis, setiap momen di ruang itu adalah kesempatan untuk menanamkan nilai, membimbing dengan hati, dan menyaksikan keajaiban tumbuhnya generasi baru.
Tantangan Seorang Wali Kelas