Kelas Sebagai Keluarga Kedua
Dengan pendekatan seperti ini, kelas IX Zubair bin Awwam tumbuh menjadi keluarga kedua bagi para siswa. Mereka tidak hanya datang untuk belajar, tetapi juga merasa memiliki ruang aman untuk bercerita, berbagi, dan bertumbuh bersama.
Kedekatan emosional ini pula yang menjadi fondasi ketika mereka menghadapi tantangan, baik dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap masalah, Ustadz Hafis hadir sebagai penengah, pembimbing, sekaligus sahabat yang bisa dipercaya.
Pengalaman Manis Bersama Siswa
Setiap wali kelas tentu menyimpan segudang kisah yang tak terlupakan. Bagi Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, momen-momen bersama siswa kelas IX Zubair bin Awwam adalah harta berharga yang tak ternilai. Dari setiap ujian, kemenangan, hingga kegagalan, semua menjadi rangkaian cerita yang membentuk ikatan kuat antara guru dan murid.
“Salah satu momen paling membahagiakan adalah ketika anak-anak berhasil menjuarai lomba karate, silat, OMI, dan berbagai perlombaan lain. Mereka yang awalnya ragu akan kemampuan sendiri, dengan latihan dan bimbingan, mampu tampil percaya diri membawa nama baik kelas dan sekolah. Saat nama mereka disebut sebagai juara, saya tidak hanya merasa bangga, tapi juga terharu. Itu bukan hanya kemenangan mereka, tapi juga kemenangan atas perjuangan dan keyakinan,” kenangnya.
Bagi seorang wali kelas, keberhasilan siswa bukan hanya sekadar piala atau piagam. Lebih dari itu, kemenangan adalah bukti nyata bahwa usaha dan kerja keras selalu berbuah hasil. Terlebih, ketika siswa yang awalnya kurang percaya diri mampu menunjukkan potensi besar, kebahagiaan itu menjadi lebih dalam.
Juara yang Mengubah Wajah Kelas
Prestasi yang diraih siswa bukan hanya membanggakan sekolah, tetapi juga mengubah suasana kelas. Ada semangat baru yang tumbuh, ada rasa percaya diri yang meningkat, dan ada kebersamaan yang semakin kuat.
Setiap kali siswa menorehkan prestasi, Ustadz Hafis selalu mengingatkan mereka untuk tetap rendah hati. “Juara bukan berarti berhenti belajar, tapi justru harus lebih giat lagi. Karena puncak sejati bukan hanya kemenangan di lomba, melainkan kemenangan dalam kehidupan nyata,” begitu nasihatnya.