Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Hujan

23 Agustus 2014   02:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diantara deru roda hujan jatuh, suaranya begitu riuh, di kedalaman hati ia berlabuh, dan segala kalut terbasuh
Titisnya terus berjatuhan, mendesah didahan dahan, mengembun dikaca kaca
Dari balik jendela sepasang mata menatapnya dengan sebilah sepi
" Kapan kau akan berhenti meniti sekujur gelisahku ini '' katanya

Hujan masih menitis tipis tipis
Daun daun gugur membawa sepi kesudut sudut jiwa penghuni kota yang tak lagi mengenai diri sendiri
Sepasang mata itu menatap kelam langit, sepasang mata yang akrab dengan rasa sakit
Sakit yang tersiman diantara jajaran foto usang berbingkai sunyi, juga dilaci laci laci lemari yang setia menyimpan segala luka

Setetes hujan pelan menyusuri wajah jendela, diusapnya sepasang mata itu dengan sayup suara diujung kelopak bunga
'Selepas hujanpergi, langit memberinya sekeranjang pelangi
Dan lengkung senyum terukir, dari ranum bibir yang biasa menyimpan getir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun