Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

FOMO, Alasan Kita Tidak Berhenti Mengunyah Sampah Informasi

24 Maret 2022   15:01 Diperbarui: 25 Maret 2022   21:17 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fomo (Sumber: diego_cervo sumber sains.kompas.com)

Konsumsi Informasi dan Kesehatan Mental

Bahkan setiap detik, kita dibanjiri dengan banyak konten yang belum tentu kita siap menerimanya. 

Peperangan, pandemi virus, bencana alam, kekerasan yang tidak masuk akal, tragedi keluarga, konflik politik, drama selebriti, dan peristiwa lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Masalahnya adalah tidak semua dari kita memiliki kecenderungan kepribadian yang sama. Ada di antara kita yang dengan santai melihat hal-hal yang negatif sekalipun. Sebaliknya, bagi sebagai orang informasi negatif menjadi sampah pikiran yang memicu respons stres.

Saat atensi kita telah terserap dalam layar, menjadi obsesif itu adalah pilihan yang sulit untuk kita abaikan. Kata "sebentar" saat kita berselayar di layar gawai, menjadi jurang yang amat licin. Kata tersebut menjerumuskan kita dan terjerumus dalam waktu dan juga jurang emosional. 

Banyak penelitian telah menghubungkan penggunaan media sosial dengan kondisi kesehatan mental seseorang. 

Studi yang diterbitkan oleh The Lancet Psychiatry menemukan bahwa menggunakan medsos (facebook) sampai larut malam cenderung memiliki perasaan tertekan (stres) dan tidak bahagia. 

Hal tersebut dapat dijelaskan oleh penelitian Edson C Tandoc Jr., dan kedua koleganya tahun 2015 yang menemukan bahwa stres dan perasaan tidak bahagia saat bermain medsos bisa dikarenakan oleh perasaan iri dan rendah diri melihat postingan lingkaran media sosialnya. 

Tahun 2018 Journal of Social and Clinical Psychology mempublikasikan hasil penelitian Melissa G. Hunt dan kolega yang menemukan bahwa semakin sedikit waktu yang dihabiskan orang di media sosial, maka semakin sedikit pula gejala depresi dan kesepian yang mereka rasakan. Fakta tersebut selaras dengan survey yang dilakukan oleh Centre for Addiction and Mental Health tahun 2017.

Fenomena FOMO

Keluhan teman yang saya ilustrasikan di atas bisa saja terjadi pada siapapun, termasuk kita. Aliran informasi yang tak terkendali berkolaborasi dengan masalah kontrol impuls kita. sekali berselancar, sulit bagi kita untuk berhenti, semakin penasaran dan semakin impulsif. 

Masalah kita tidak mampu mengontrol kapan bermain dan kapan berhenti juga disebabkan oleh perasaan takut ketinggalan informasi. Inilah fenomena FOMO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun