Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nostalgia, Sebuah Seni dan Terapi Memori

12 Oktober 2017   14:56 Diperbarui: 13 Oktober 2017   13:22 3786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari http://iwallpapers.free.fr

Sejenak, seringkali kita berkepentingan untuk "berhenti" dari hiruk pikuk aktivitas sekitar hanya karena mencium sesuatu, melihat sekelebatan, mendengar suara khas, sampai mengecap rasa tertentu. Seolah-olah kita membiarkan diri kita terseret pada pusaran waktu dan kembali pada masa dimana kita sedang berbahagia. Kita tersenyum, bahagia mengingat seseorang, sesuatu atau sebuah kejadian tertentu. 

Kita sering menyebutnya sebagai nostalgia. Hari ini nostalgia digunakan masyarakat untuk menyebut sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan, dan bermanfaat berasal dari ingatan (masa lalu). Berbeda dengan sekarang, pada abad 17 nostalgia merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut patologi pada fungsi otak terkhusus pada orang-orang Swiss.

Berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu nostos berarti kembali ke rumah dan algia dapat diartikan sebagai sebuah kerinduan. Nostalgia sejatinya merupakan paparan ganda tentang sebuah sebuah kehilangan dan kerinduan, tentang masa lalu dan masa sekarang. Persepsi manusia tentang nostalgia sangatlah positif. Berbagai penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa nostalgia merupakan ingatan-ingatan menyenangkan yang membebaskan seseorang dari perasaan bersalah, sangat bermanfaat bagi kesehatan mental, sosial, dan fisik manusia. 

Clay Routledge dan tiga temannya melalui penelitian eksperimen yang diterbitkan Journal of Experimental Social Psychology pada tahun 2006 menyatakan bahwa nostalgia merupakan jalan eksistensial yang banyak digunakan manusia untuk menemukan makna kehidupan sekaligus menerima bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Penelitian yang diberi judul "A blast from the past: The terror management function of nostalgia" tersebut berkesimpulan bahwa nostalgia mampu memberikan peyangga manusia akan kefanaan kehidupan dengan menemukan makna kehidupan yang telah dilaluinya. 

Penelitian lain yang dipublikasikan pada tahun 2008 oleh Constantine Sedikides dan tiga temannya menegaskan bahwa nostalgia memberikan pengaruh positif berupa peningkatan harga diri, menghubungkan orang dengan lingkungan sosialnya serta meringankan ancaman eksistensial berupa kematian.  Bahkan beberapa peneliti menyarankan kita untuk ber"nostalgia" dua atau tiga kali dalam seminggu untuk mendapatkan manfaat psikologis secara optimal.

Jika memang data menunjukkan bahwa nostalgia bermanfaat bagi kesejahteraan psikologi, pertanyaannya adalah apakah nostalgia dapat kita persiapkan? Apakah nostalgia adalah sesuatu yang dapat kita sengajakan atau sesuatu yang bersifat reflek dan spontan? Manusia hidup dengan dinamika memori yang mengandung emosi positif, negatif ataupun memori yang bersifat netral. Bagaimana kita dapat sengaja memilih dan mengambil ingatan yang positif saja untuk kita nikmati?

Mari kita lihat bagaimana memori bekerja

Sebelum menjadi ingatan tetap yang kita simpan dalam otak kita (long-term memory), informasi apapun melewati dua tahapan penyimpanan, yaitu dalam hitungan detik mampir di indera kita (sensory memory), dan kemudian lanjut dalam memori yang bersifat pendek (short-term memory). Tidak semua informasi yang mampir pada ingatan jangka pendek kita dapat kita simpan dalam ingatan janga panjang, sejauh ini ahli neuroscience mempercayai hanya ada dua jalan yang bisa ditempuh setiap informasi menuju ingatan jangka panjang kita.

Jalan pertama adalah melalui intensi emosi. Jalan ini susah untuk dijamah pengetahuan, mengingat pelibatan emosi yang kental. Sebagai contoh, apapun yang membuat anda teramat sedih, jengkel atau sebaliknya menyenangkan dan membahagiakan otomatis akan masuk dalam ingatan jangka panjang anda. Jalan kedua merupakan jalan yang akrab dilalui oleh kendaran ilmiah, yaitu rehearsal. Melalui pengulangan (latihan) terus menerus informasi dapat dipersilahkan menghuni ingatan jangka panjang manusia. Inilah jalan yang kemudian akrab dengan jalur ilmiah, diteliti terus menerus untuk menemukan formulasi yang cepat dan tepat memasukkan informasi ke dalam memori jangka panjang kita.

Semua informasi dalam ingatan jangka panjang kita terdiri dari dua kategori, yaitu ingatan yang bersifat implisit atau ingatan-ingatan prosedural. Kita hanya membutuhkan sedikit daya untuk mengambil dan menggunakannya, seperti ingatan tentang menggerakkan tangan, berjalan, menelan dan lain sebagainya. Ingatan kategori kedua adalah ingatan yang banyak digunakan orang untuk merujuk sebuah konsep memory, yaitu ingatan bersifat eksplisit yang menyimpan rentang kejadian yang telah kita lewati, atau biasa disebut sebagai memori episodik.

Nostalgia melibatkan ingatan episodik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun