Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Demo di DPR dan Pendidikan Karakter

1 September 2025   22:44 Diperbarui: 2 September 2025   06:34 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster yang dibawa masyarakat yang hendak berdemonstrasi ke depan Gedung DPR | KOMPAS

Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang menekan suara rakyat, melainkan bangsa yang mampu mendengar, berdialog, dan mencari solusi bersama.

Puluhan masa aksi Gerakan mahasiswa bersama rakyat terlihat memadati depan gedung DPR RI (Hafizh Wahyu Darmawan/KOMPAS.COM)
Puluhan masa aksi Gerakan mahasiswa bersama rakyat terlihat memadati depan gedung DPR RI (Hafizh Wahyu Darmawan/KOMPAS.COM)

Bukankah Indonesia dibangun atas semangat musyawarah? Sila keempat Pancasila jelas menyebutkan: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan".

Artinya, unjuk rasa mestinya menjadi jalan aspirasi bukan ajang adu otot. Menyuarakan hati nurani, bukan melampiaskan emosi.

Anak-anak kita harus belajar bahwa demokrasi bukanlah teriakan keras di jalanan. melainkan keberanian untuk bicara dengan santun dan mendengar dengan lapang dada.

Sebagai guru, saya melihat pertanyaan siswa soal demo justru sebagai pintu masuk. Pintu untuk menanamkan nilai empati, tanggung jawab sosial, dan cinta damai.

Kita bisa mulai dari hal kecil berupa diskusi kelas. Misalnya, menanyakan kepada siswa, "Kalau kalian tidak setuju dengan aturan di sekolah, apa yang bisa dilakukan selain marah-marah?"

Anak-anak mungkin akan menjawab dengan polos: bisa bicara baik-baik dengan guru, bisa menulis usulan, atau bisa musyawarah bersama teman-teman.

Nah, dari sinilah mereka belajar ternyata ada banyak cara menyampaikan pendapat tanpa harus merusak atau menyakiti.

Pendidikan demokrasi memang harus dimulai sejak dini. Jangan tunggu sampai remaja atau kuliah. Justru ketika masih polos, anak-anak lebih mudah menyerap nilai positif.

Belajar demokrasi dari unjuk rasa dengan mengajarkan empati sejak dini. (Foto Akbar Pitopang)
Belajar demokrasi dari unjuk rasa dengan mengajarkan empati sejak dini. (Foto Akbar Pitopang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun