Lebaran adalah momen "kemenangan" yang seringkali identik dengan kemewahan dan eksklusivitas. Namun, apakah kemenangan itu harus dirayakan dengan gegap gempita dan kemewahan? Ataukah justru terletak pada kesederhanaan yang membawa ketenangan?
Di balik euforia itu banyak anggaran yang membengkak tanpa perhitungan matang. Lebaran sejatinya bukan sekadar tentang pakaian baru, hidangan melimpah, atau rumah yang dipenuhi dekorasi atau pernak-pernik baru. Lebaran adalah soal bagaimana kita merayakan kemenangan atas hawa nafsu, menyucikan hati, dan merajut kembali silaturahmi yang mungkin sempat terkoyak.Â
Dalam atmosfer yang lebih tenang dan penuh makna maka minimalisme menjadi sebuah pendekatan yang mengajarkan kita untuk lebih fokus pada esensi daripada sekadar euforia sesaat. Konsep minimalisme menawarkan solusi agar lebaran tetap berkesan tanpa harus mengorbankan kestabilan finansial.
Lebaran minimalis bukan sekadar tren. Esensi minimalis dalam konteks lebaran dapat diterapkan di berbagai aspek mulai dari persiapan hingga perayaan. Dengan perencanaan yang tepat kita dapat merayakan Idul Fitri secara bermakna tanpa pemborosan.
Budaya konsumtif sering membutakan kita dari makna berlebaran yang sesungguhnya. Lebaran kerap dikaitkan dengan belanja besar-besaran. Lalu kita lupa bahwa kebahagiaan sejati justru lahir dari keikhlasan dan kebersihan hati.Â
Tidak perlu meja penuh hidangan beraneka rupa jika akhirnya hanya terbuang sia-sia. Tidak harus baju baru jika hati masih terbebani dendam dan kesombongan. Esensi Lebaran bukan tentang apa yang kita pakai atau sajikan melainkan tentang jiwa yang kembali minimalis dari segala macam keduniawian.
Biar gak bingung bagaimana menerapkan konsep lebaran yang minimalis, maka simaklah penjelasan dan contoh nyata berikut ini.
Pertama, bijak mengelola anggaran.
Acap kali pengeluaran selama Ramadan hingga Lebaran menjadi tidak terkendali. Diskon besar-besaran, ajakan bukber, serta tradisi memberi hampers/THR membuat banyak orang tergoda untuk mengeluarkan uang tanpa rencana.Â
Dengan menerapkan prinsip lebaran minimalis maka setiap pengeluaran harus berdasarkan kebutuhan dan bukan sekadar keinginan.
Perencanaan anggaran dan alokasinya selama lebaran merupakan fondasi dasar dalam menerapkan konsep minimalis ini. Sehingga dapat terhindar dari fenomena financial guilt.
Memberi THR adalah tradisi yang baik tetapi bisa lebih bermakna jika dilakukan dengan bijak. Alih-alih sekedar memberi uang tanpa pertimbangan maka kita bisa mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menabung dan mengelola uang tersebut. Bahkan, memberikan hadiah berupa buku bisa menjadi alternatif yang lebih bermanfaat.
Kedua, sedikit sajian lebaran tapi sehat.
Saat lebaran tiba, meja makan tidak perlu penuh dengan beraneka macam hidangan. Karena realitanya banyak makanan yang akhirnya terbuang karena jumlahnya yang berlebihan.Â
Pada suasana lebaran sebenarnya tubuh atau perut kita masih dalam proses penyesuaian setelah selama sebulan puasa. Sehingga jarang ada yang mampu makan banyak-banyak sekaligus saat lebaran.
Minimalisme dalam konsumsi berarti memilih menu yang sehat, bernutrisi, dan disajikan dalam porsi yang cukup. Makanan tidak perlu melimpah sebab yang penting adalah kebersamaan saat menikmatinya bersama. Serta memperhatikan kesehatan anak dan keluarga maupun tamu yang datang.
Ketiga, memilih outfit lebaran yang timeless.
Sebagaimana yang kita tahu bahwa biasanya tren outfit lebaran selalu berubah setiap tahunnya. Sehingga tak jarang mendorong banyak orang membeli pakaian baru agar bisa ikutan tampil stylish.Â
Padahal, esensi berpakaian di Hari Raya Idul Fitri itu bukan tentang kemewahan. Melainkan sebuah kesopanan dan kesederhanaan.Â
Memilih pakaian berkualitas yang bisa digunakan dalam berbagai kesempatan adalah langkah bijak dalam menerapkan minimalisme untuk outfit lebaran.
Keempat, dekorasi rumah yang simpel dan elegan.
Menghiasi rumah untuk lebaran dengan pernak-pernik baru memang menyenangkan. tetapi tentu saja dekorasi tersebut hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya disingkirkan saat lebaran telah usai.Â
Alih-alih membeli banyak barang pernak-pernik baru maka sebaiknya kita bisa menata ulang perabotan yang ada atau bisa juga dengan memanfaatkan dekorasi natural seperti tanaman.Â
Bila tetap keukeuh memilih untuk membeli aksesori maka pilihlah yang bersifat timeless dan tidak mudah usang sehingga dapat digunakan sepanjang waktu di luar lebaran.
Kelima, silaturahmi yang penting bermakna.
Silaturahmi adalah inti dari lebaran. Akan tetapi tidak harus dilakukan dengan perjalanan jauh yang menguras tenaga dan biaya. Terlebih di era modern seperti ini, jika tidak sempat mudik maka dengan teknologi kita bisa tetap terhubung dengan keluarga dan teman melalui panggilan video.Â
Sedangkan jika harus mudik maka memilih transportasi yang hemat, efisien dan rendah emisi karbon. Mudik hijau merupakan menjadi bagian dari penerapan minimalisme ini.
Ramadan dan Lebaran Tetap "Menyala"
Esensi lebaran bukan terletak pada kebersihan hati dan kemenangan atas hawa nafsu. Dengan mengadopsi gaya hidup minimalis, kita belajar untuk lebih menghargai hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Lebaran minimalis bukan berarti kehilangan kebahagiaan. Tetapi justru menempatkan kebahagiaan pada tempat yang seharusnya dalam kesederhanaan dan keikhlasan.
Dengan menerapkan lebaran minimalis dalam Hari Raya Idul Fitri maka kita tidak hanya menghemat anggaran tetapi juga menguatkan nilai-nilai spiritual. Lebaran tidak harus serba baru yang terpenting adalah hati kembali suci dengan lembaran baru.Â
Daripada menguras tabungan demi baju baru maka lebih baik mengalokasikannya untuk berbagi kepada mereka yang lebih membutuhkan. Sederhana bukan berarti kekurangan. Di sanalah kita menemukan kelimpahan keberkahan yang maksimalis mengalir tanpa batas.
Menjalani lebaran minimalis bukan sekadar menghemat anggaran tetapi juga sebuah bentuk latihan spiritual. Dengan menekan ego dan menata ulang skala prioritas.
Mari kita jadikan lebaran minimalis yang lebih bermakna, lebih sederhana, dan lebih penuh berkah. Biarkan kebahagiaan lahir dari ketulusan bukan dari kemewahan. Dan itu termasuk pendidikan karakter yang harus selalu ditumbuhkan.
Sejatinya kemenangan bukan milik mereka yang berpesta pora tetapi bagi mereka yang berhasil menaklukkan diri sendiri untuk tidak "lebay" merespon pengeluaran untuk lebaran.
Semoga ini bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR PITOPANG ==
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI