Di balik segala keterbatasan yang ditimbulkan oleh banjir tetap terselip banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah pentingnya pendidikan karakter bagi para siswa.Â
Dalam situasi seperti ini, anak-anak tidak hanya belajar dari buku teks tetapi juga dari kehidupan nyata. Mereka melihat langsung bagaimana kepedulian dan gotong royong mampu memberikan harapan ditengah kesulitan.
Para guru juga memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya toleransi dan saling mendukung di tengah bencana. Dengan menekankan bahwa Ramadan juga ibadah yang menyangkut kebersamaan dan saling membantu.Â
Siswa diajak untuk memahami bahwa musibah bisa menimpa siapa saja. Dan di saat seperti ini yang paling dibutuhkan adalah sikap peduli dan empati.
Lebih dari sekadar aksi sosial, kegiatan ini juga menjadi bagian dari pendidikan karakter. Anak-anak akan belajar bahwa kepedulian bukanlah teori tetapi tindakan nyata yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Mereka juga akan memahami bahwa solidaritas tidak mengenal batas agama, suku, atau latar belakang sosial. Sebab setiap orang memiliki peran dalam membantu sesama.
Guru sebagai pendidik memainkan peran sentral dalam membentuk karakter siswa. Ketika mereka menunjukkan kepedulian yang tulus maka siswa pun belajar melalui keteladanan.Â
Tidak heran jika banyak siswa yang akhirnya terdorong untuk ikut serta dalam gerakan sosial ini. karena mereka melihat bahwa kebaikan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan hati yang besar.
Di tengah bencana, Ramadan tahun ini memberikan pelajaran berharga bagi dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat di Pekanbaru maupun di daerah yang terdampak banjir.Â
Bahwa nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan gotong royong harus menjadi bagian dari kurikulum kehidupan. Dan bahwa sekolah bukan hanya tempat untuk belajar akademik tetapi juga tempat untuk menanamkan karakter yang kuat.