Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Saat Siswa SD Jualan dan Peluang Emas Mengasah Jiwa Wirausaha

26 Agustus 2024   14:14 Diperbarui: 27 Agustus 2024   04:25 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SD sedang mengikuti Market Day sebagai bentuk praktik baik dari P5. (DOK. TANOTO FOUNDATION via Kompas.com)

Bel istirahat baru saja berbunyi, dan para siswa dengan antusias keluar dari kelas, berbondong-bondong menuju kantin untuk menikmati waktu luang mereka. Namun, di balik keramaian itu, terdapat pemandangan yang cukup menarik di dalam kelas. Beberapa siswa memilih tetap tinggal, tidak menuju kantin seperti teman-teman lainnya. Ternyata, mereka sedang menikmati jajanan yang dibeli dari salah satu teman sekelas mereka yang ternyata sudah menjadi seorang "pengusaha cilik" di sekolah. Fenomena siswa yang berjualan di sekolah bukanlah hal baru, tetapi selalu menarik untuk disimak dan dipelajari lebih lanjut.

Berjualan di sekolah bagi seorang siswa SD bisa dianggap sebagai bentuk inisiatif luar biasa. Mereka aktif menuntut ilmu sembari belajar berdagang di usia yang sangat muda. Juga mengasah keterampilan berkomunikasi, serta memahami nilai uang dengan cara yang sederhana. 

Aktivitas ini bisa menjadi peluang pembelajaran yang nyata, terutama dalam hal wirausaha dan tanggung jawab. Saat berjualan di sekolah mengajarkan mereka tentang pentingnya kejujuran dan integritas, dimana mereka harus bisa menghitung uang kembalian dengan tepat dan jujur kepada teman-temannya.

Di sisi lain, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan lebih jauh. 

Apakah aktivitas ini murni inisiatif siswa, ataukah ada dorongan dari orang tua yang mungkin ingin menanamkan jiwa bisnis sejak dini? 

Apakah siswa yang berjualan ini melakukannya dengan senang hati, ataukah ada tekanan yang mereka rasakan? 

Penting bagi kita, baik sebagai pendidik maupun orang tua, untuk memastikan bahwa kegiatan ini tidak mengganggu fokus utama mereka sebagai siswa, yaitu belajar.

Ini mencerminkan betapa dinamisnya lingkungan sekolah. Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar akademik, tetapi juga menjadi laboratorium mini bagi anak-anak untuk belajar tentang kehidupan. 

Fenomena ini mungkin sudah ada sejak dulu. Tetapi dengan pendekatan yang tepat kita bisa memanfaatkannya untuk mendidik generasi muda menjadi individu yang berwawasan akademik, juga memiliki jiwa kewirausahaan yang beretika. 

Mari kita terus mendampingi anak-anak ini dalam setiap langkah kecil mereka meniti jalan masa depannya.

(Foto Akbar Pitopang)
(Foto Akbar Pitopang)

Jangan di-Bully, Tetapi "Dibeli"

Saat mendekati siswa tersebut, saya takjub melihat jajanan yang ia tawarkan. Tersaji dengan rapi, beberapa jenis kue basah dan jajanan tradisional yang terlihat cukup sehat tanpa tambahan pengawet atau pewarna makanan berlebih. Inisiatifnya jelas tampak dari cara ia menjelaskan setiap makanan yang dijual. Ini adalah bentuk kreatifitas yang patut diapresiasi.

Ketika saya bertanya apakah ia disuruh oleh orangtua untuk berjualan di sekolah. Jawabannya, ini inisiatifnya sendiri. Sungguh, inisiatif seperti ini bukan hanya mencerminkan kemandirian, tetapi juga rasa tanggung jawab yang membanggakan. 

Anak seusia ini sudah mampu berpikir untuk membantu orangtua dengan karakter mandiri, tanpa paksaan atau kemampuan orangtua. 

Dalam dunia yang semakin kompleks ini, kemampuan untuk berpikir kreatif dan mengambil inisiatif sejak dini adalah keterampilan yang sangat berharga. Berjualan di sekolah, meski sederhana, memberikan anak-anak pengalaman nyata yang positif dan membangun. 

Kisah ini seharusnya menjadi inspirasi bagi siswa lain. Ketika ada siswa berjualan di sekolah, hal ini seharusnya tidak dilihat sebagai kesempatan untuk bullying, melainkan sebagai peluang untuk mempererat persahabatan dan membangun solidaritas. 

Aktivitas berjualan di kalangan siswa dapat menjadi momen berharga untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian satu sama lain. Teman-teman sekelas dapat mendukung dengan membeli dagangan tersebut, sehingga bukan hanya membantu melariskan jualan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka.

Empati adalah fondasi dari hubungan yang sehat dan saling mendukung. Ini bisa dibentuk sejak dini melalui hal-hal sederhana seperti mendukung teman yang berjualan. 

Dengan menumbuhkan budaya saling membantu di lingkungan sekolah, kita tidak hanya mengurangi potensi bullying, tetapi juga membangun generasi yang lebih peduli dan memahami pentingnya saling mendukung. 

Bila ada siswa yang berinisiatif untuk berjualan di sekolah perlu diapresiasi. Dukungan dari teman-temannya akan membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian untuk mencoba hal-hal baru yang bisa berdampak besar dalam membentuk karakter generasi masa depan.

Mari kita dorong lebih banyak anak untuk menemukan cara-cara kreatif dan mendukung mereka dalam belajar nilai-nilai penting yang akan mereka bawa ke masa depan.

(Foto Akbar Pitopang)
(Foto Akbar Pitopang)

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Inspirasi P5 Kurikulum Merdeka

Tidak ada larangan bagi siswa untuk mencoba berjualan di sekolah, dan memang seharusnya demikian. Praktik positif seperti ini justru bisa menjadi langkah awal yang baik untuk menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini. 

Dalam dunia pendidikan yang semakin dinamis, kemampuan berwirausaha menjadi salah satu keterampilan yang perlu diperhatikan. Bahkan, Kurikulum Merdeka dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) mencantumkan pilihan tema "Kewirausahaan". Ini menunjukkan betapa pentingnya mempersiapkan anak-anak di Indonesia untuk menjadi calon wirausahawan masa depan.

Dalam konteks ini, ketika ada siswa yang berinisiatif ---atau katakanlah iseng--- berjualan di sekolah bisa menjadi bentuk nyata dari penerapan tema kewirausahaan yang diajarkan melalui P5. 

Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya. Mereka belajar bagaimana mengelola uang, berinteraksi dengan pelanggan, serta menghadapi tantangan yang ada. Semua itu adalah keterampilan penting yang akan sangat bermanfaat pastinya.

(Foto Akbar Pitopang)
(Foto Akbar Pitopang)

Ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Anak-anak yang berjualan belajar tentang tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras. Mereka juga belajar menghargai uang dan memahami bahwa untuk mendapatkan sesuatu adalah diperlukan usaha. Semua ini adalah fondasi penting bagi perkembangan karakter dan keterampilan hidup.

Kehadiran Kurikulum Merdeka yang memberikan ruang bagi tema kewirausahaan dalam P5 adalah terobosan yang patut diapresiasi. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia mulai menyadari pentingnya membekali anak-anak dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan. 

Dengan mendorong anak-anak untuk mencoba berwirausaha sejak dini, kita sebenarnya sedang mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan inovatif di kemudian hari.

Oleh karena itu, alih-alih melarang, sebaiknya kita mendukung dan memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa yang berjualan di sekolah. Dengan cara ini, nilai-nilai positif akan mereka bawa sepanjang hidup. 

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.(SHUTTERSTOCK/DAVID CARILLET via Kompas.com)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.(SHUTTERSTOCK/DAVID CARILLET via Kompas.com)

Menuju Indonesia Emas 2045 Bersama Generasi Berjiwa Wirausaha

Perhatian kita saat ini sering tertuju pada misi besar Indonesia Emas 2045, sebuah visi untuk membawa Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera pada peringatan 100 tahun kemerdekaan RI. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu aspek krusial yang harus diperkuat adalah karakter generasi muda Indonesia. 

Di antara berbagai karakter yang perlu dibangun, jiwa wirausaha atau entrepreneurship menempati posisi yang penting. Sejarah menunjukkan bahwa negara-negara yang maju memiliki masyarakat dengan budaya kewirausahaan yang kuat, dimana bisnis, UMKM, dan dunia usaha berkembang pesat dan dinamis.

Jiwa wirausaha bukan hanya tentang menjalankan bisnis, tetapi juga tentang kemampuan untuk melihat peluang, mengambil risiko, dan berinovasi. Ini adalah fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. 

Di Indonesia, potensi untuk mengembangkan kewirausahaan sangat besar. Mengingat kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman yang kita miliki. Namun, potensi ini perlu digerakkan oleh generasi yang tidak hanya memiliki skill, tetapi juga keberanian dan visi untuk memanfaatkannya secara optimal.

Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan ekosistem bisnis yang kokoh. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan lebih banyak individu yang memiliki semangat dan keterampilan wirausaha. 

Generasi muda yang berjiwa wirausaha dapat menjadi penggerak dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya saing produk lokal, dan memperkuat perekonomian nasional. 

Dengan demikian, semakin besar jumlah wirausahawan yang muncul, maka semakin besar pula peluang Indonesia untuk meraih kesuksesan yang berkelanjutan.

Misi Indonesia Emas 2045 tidak hanya mengandalkan pada pembangunan infrastruktur dan penetrasi teknologi, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia yang berkarakter kuat dan berjiwa wirausaha. 

Dengan memupuk dan mengembangkan jiwa wirausaha sejak dini, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, kita dapat menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang yang ada. 

Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan bangsa.

Sebagai bangsa yang besar, sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih pada pengembangan jiwa wirausaha di kalangan generasi muda. Dengan dukungan dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjadi negara unggul dalam menciptakan inovasi dan solusi bisnis yang berdaya saing. 

Menuju Indonesia Emas 2045, kita perlu mencetak generasi hebat dari sisi wirausahawan yang berani bermimpi dan mewujudkannya untuk masa depan yang lebih cerah.

Kembali ke laptop, diantara kegiatan berjualan di sekolah dapat memberikan banyak manfaat, juga diperlukan pendekatan yang bijak untuk memastikan bahwa kegiatan ini tetap dalam batas yang sehat dan mendukung perkembangan siswa secara keseluruhan. 

Edukasi tentang nilai-nilai wirausaha bisa menjadi bagian dari kurikulum yang memperkaya pengalaman siswa di sekolah.

Semoga ini bermanfaat.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun