Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Kesalahan Fatal yang Ditemukan saat Penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka

29 September 2022   15:09 Diperbarui: 2 Oktober 2022   12:24 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada beberapa hal penting yang harus dipahami ketika menerapkan implementasi kurikulum merdeka (ilustrasi via kompas.id)

Akibat masih belum sempurnanya pemahaman sebagian guru tentang bagaimana menerapkan kurikulum merdeka ini maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan penerapan kurikulum yang dimaksud belum sesuai dengan yang semestinya alias masih out of the track.

Beberapa hal penting dibawah ini perlu lebih dicermati kembali oleh para guru, yang mana menjadi ciri dari kurikulum merdeka.

1. Tidak Dilakukannya Penilaian atau Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik merupakan langkah awal dalam menerapkan kurikulum merdeka yang wajib dilakukan oleh guru di masa awal pembelajaran.

Asesmen diagnostik adalah serangkaian proses yang digunakan untuk mendiagnosis kemampuan siswa dan dapat dilakukan secara rutin. Ketika seorang guru memperkenalkan topik pembelajaran baru, ada baiknya dari awal. Kemudian di akhir kelas, guru selesai menjelaskan dan mendiskusikan suatu topik sampai pada waktu yang ditentukan di semester berjalan.

Penilaian atau asesmen diagnostik ini merupakan asesmen yang bertujuan untuk mengetahui seperti apa tingkat pemahaman masing-masing siswa terhadap cakupan materi pelajaran yang hendak diajarkan pada semester tersebut.

Siswa dinilai untuk memberikan gambaran yang meliputi aspek kognitif dan non-kognitif yang perlu dinilai agar pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan situasi siswa.

Hasil penilaian memberikan dasar bagi guru untuk mendiagnosis kondisi siswa guna menentukan penanganan atau strategi yang tepat bagi setiap siswa.

Asesmen diagnostik mampu memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat dan lebih efektif, untuk mengetahui siswa mana saja yang sudah paham, siapa saja yang sudah agak paham, dan yang paling penting terhadap siswa yang belum paham.

Asesmen terdiri dari 10 soal sederhana yang terdiri dari delapan soal yang merupakan dasar hasil identifikasi pada langkah sebelumnya beserta dua soal terkait pengajaran baru.

Untuk model kurikulum sesuai pilihan Mandiri Berubah, pertanyaan nomor 1-2: dua pertanyaan dari kemampuan dasar di dua kelas di bawah pada semester 2. Lalu, pertanyaan nomor 3-8: enam soal dari Kemampuan Dasar pada satu kelas di bawah pada semester 1 dan 2. Selanjutnya, pertanyaan nomor 9-10; dua soal dari KD pada semester 1 kelas yang baru akan dimulai. 

Selain itu, pada asesmen diagnostik guru perlu mendiagnosa kondisi emosional siswa karena mengetahui kondisi mental siswa juga sangat diperlukan agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh siswa, tidak hanya sesuai dengan yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru.

Ternyata dari hasil sesi diskusi yang dilakukan oleh pemateri kepada para guru atau peserta pada pelatihan kala itu diketahui bahwa hampir keseluruhan guru diketahui tidak sempat atau belum pernah melakukan asesmen diagnostik semenjak diterapkannya Kurikulum Merdeka pada Tahun Pelajaran yang kini sedang berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun