Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humanisme dalam Interaksi Hubungan Manusia dengan Digitalisasi Algoritma

30 Desember 2021   10:19 Diperbarui: 22 Mei 2022   15:18 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Freepic/Pexels

Tetapi, Algoritma yang independen ini efektifnya hanya mengambil atau menginput data dari pengalaman di masa lalu (data). Algoritma yang diasumsikan independen ini Apakah merupakan perwujudan Tuhan baru bagi manusia ?

Pertanyaan yang begitu mengejutkan, lagi-lagi nampaknya tidak mungkin menjadi perwujudan Tuhan baru. Bahkan dapat kita lihat bahwa ini merupakan jawaban bahwa manusia seharusnya belajar dari masa lalunya, pengalaman terdahulu.

Informasi yang dikumpulkan menjadi data tersebut, pengalaman-pengalaman berharga di masa lalu yang dikumpulkan dapat di klasifikasikan untuk membuat keputusan dalam pelbagai persoalan di masa yang akan datang.

Seperti mempelajari kisah-kisah dan hikmah yang ada di dalam sebuah kitab suci, kitab peradaban untuk menjalani hidup agar hidup tak jatuh pada kesesatan atau kekeliruan dan kesalahan yang sama. Seperti kata Goethe, “ Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya.”

Namun, nampaknya kalau sebagai perwujudan Tuhan baru ini tidak mungkin, atau mungkin saja berhala baru. Pastinya saya tidak tahu apakah rasa kebutuhan itu sama dengan menyembah pada selain Allah. Kalau sama, berarti ibu-ibu dan para koki serta kita telah menyembah berhala baru yaitu kompor untuk memasak. Hehehehehe

Kesimpulannya, Algoritma digerakan oleh sebuah mesin yang menjadi alat pentingnya untuk bekerja (process). Lalu, algoritma sendiri menyimpulkan (output) dari jumlah data terbanyak dan terpenting dari masa lalu kita yang tersedia atau di input (data). 

Jika dipenghujung abad ke-8 ada pernyataan “ Vox Populi Vox Dei ” ( Suara terbanyak adalah suara Tuhan ) yang dikemukakan oleh Alcuin dalam suratnya kepada raja Charlemagne. Lalu, ada “ Deus ex Machina “ ( Tuhan hadir untuk mesin ) pada teater-teater Yunani kuno. Apakah pada abad ke-21 ini akan ada pernyataan, “ Deus ex Algorithmus “ 

Bagaimana dengan Tuhan hadir untuk digital algoritma mungkin jawabannya adalah banyaknya kemunculan media-media dakwah ASWAJA yang mencerahkan umat dan juga Cyber Army dari kalangan non pemerintah terutama dari ormas islam. DI awali oleh banser dan sekarang MUI pun memilikinya. Kehadiran media dakwah yang menitikberatkan pada ke objektifan ilmiah merupakan taman surga bagi para pencari keberkahan ilmu. Mencari ilmu secara langsung pada majelis-majelis ilmu pada saat ini memang tidak dimungkinkan karena adanya sebuah pandemic, tetapi hal itu tidak menyurutkan para pencari ilmu untuk mencari keberkahan ilmu. Tetapi, apakah sama ganjaran keutamaan dan keberkahannya dengan hadir di majelis ilmu secara langsung ? saya tidak tahu jawabannya. Juga Kehadiran Cyber Army dalam kalangan ormas islam, ini juga untuk menekan berseliwerannya informasi-informasi yang merugikan islam itu sendiri, seperti islam ekstrem dan para teroris. Kehadiran keduanya merupakan angin segar bagi kenyamanan dan kedamaian umat islam, terutama dalam menggalah keberkahan ilmu yang semakin mudah yang juga berdampak bagi persatuan dan kesatuan dalam menjaga toleransi beragama. Pada pertanyaan terakhir apakah Algoritma menjadi suara Tuhan merupakan pertanyaan terakhir yang akan menjadi bahan muhasabah kita masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun