Ada yang tak usai dijelaskan dari senyummu,
seperti mantra yang ditulis angin pada dedaun gugur,
atau padma yang mekar dalam sunyi---
tak bersuara, tapi menggetarkan ruang dalam dada yang belum sempat bernama.
Engkau berjalan di antara bayang dan cahaya,
bukan sekadar gadis berhijab dengan gaun bermotif bunga,
tapi enigmatik---semesta kecil yang menolak dibaca sekali duduk.
Seperti puisi Rumi yang tak selesai meski dibaca dengan air mata.
Tatapanmu bukan lirikan duniawi,
melainkan sejenis isyarat dari galaksi yang tahu:
kecantikan bukan untuk dilihat, tapi disucikan.
Ada hikmah dalam cara jemarimu memegang angin.
Kau mengunci rahasia dalam gestur sederhana,
menyimpan duka di senyum berbunga,
seolah setiap langkahmu adalah doa yang malu-malu
namun pasti melesat ke langit ke tujuh.
Barakallah, kata mereka.
Tapi kau lebih dari harap baik:
kau adalah zikir yang menjelma rupa,
gaung yang lembut namun langgeng dalam nadi semesta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI