Aku adalah seorang siswi yang masih duduk di kelas satu SMA, kebiasaan setiap hari hanya belajar dan belajar, Ibu dan Ayah selalu menuntut aku untuk belajar.
Pagi ini hari pertama semester genap aku dimulai, Chika adalah satu satunya sahabat terbaik yang aku miliki sejak SMP kami selalu berangkat ke sekolah bersama sama.
Telepon tiba tiba berdering
"Layla hari ini kita ga bisa berangkat ke sekolah bersama”ucap Chika
“ Kenapa Chika tumben sekali?”tanya Layla
“ Nanti sore aku ceritakan semuanya”ucap Chika
Aku pun berangkat dengan ayah yang sejak lama baru mengantar aku lagi. Dalam perjalan ke sekolah banyak sekali nasihat yang ayah ucapkan, namun nasihat itu seakan masuk telinga kiri keluar telinga kanan karena semua yang di ucapkan oleh ayah adalah nasihat yang sama setiap harinya salah satunya yaitu belajar yang rajin agar juara kelas dan belajar yang rajin agar bisa mengiakuti olimpiade ternama.
Belajar dan belajar itulah yang diinginkan orang tua aku seakan tidak memberi peluang aku untuk mengeksplor kemampuan aku dibidang yang lain.
Hari ini sangat sepi karena Chika tidak masuk sekolah, tak ada teman untuk berbincang maupun bercanda gurau, baru kali ini aku dalam keadaan seperti itu teman teman di kelas pun semua menjauhi aku karena aku yang kutu buku dan tidak gaul. Tring...tring..tring..... Bel sekolah berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai.
Waktu menunjukan puakul 4 sore, masih dengan seragam aku hari ini aku berjanjian dengan Chika ditempat biasa kami bertemu.
“ Kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah?” tanya Layla
“ Ayah aku di pindah dinas ke Lombok jadi aku harus pindah rumah juga sekolah” jawab Chika
Ucapan Chika membuat aku kecewa, dia hanya satu satunya sahabat terbaik, tapi bagaimana aku tidak dapat menahannya atau melakukan apa pun, dia sahabat yang selalu ada saat aku di bully teman teman di sekolah yang selalu menemani saat aku dikucilkan. Aku berdoa pada tuhan agar menjaga Chika dimana pun dia berada dan dilimpahi teman dan lingkungan yang baik.
Hari hari berlalu tanpa ditemani Chika sudah dua minggu aku tanpanya, semakin sering aku dibully di sekolah karena aku kutu buku juga tak gaul.
Keadaan semakin memburuk ketika Ibu yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit karena leukimia yang dideritanya. Dunia aku seakan mulai runtuh, genggaman prinsipaku mulai goyah.
Harapan harapan yang aku bangun selama ini pun semakin menjadi hayalan saja. Tak menentu arah hidup aku harus kemana.
Selang beberapa minggu ada siswi baru yang masuk sekolah, ia bernama Kirana Nandini atau biasa dipanggil Nana, siswa pindahan ini menjadi teman sebangaku aku sekarang.