Mohon tunggu...
Ainaya Safira
Ainaya Safira Mohon Tunggu... Guru - Jangan takut untuk mencoba

Memang baik menjadi orang hebat, tapi lebih hebat menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Introvert

9 Oktober 2019   15:59 Diperbarui: 9 Oktober 2019   16:12 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" nama mu Zahra kan? Sekarang hapus air mata mu dan tersenyumlah". Kata- kata itu membuat Zahra mengingat pesan ayahnya dan ia pun melakukan apa yg telah ayah nya katakan. Akhirnya Zahra pun kembali semangat. Hari ini merupakan hari yang paling menyedihkan sekaligus menyenangkan bagi Zahra.

Bel pulang pun berbunyi dan Zahra bergegas keluar dari kelasnya itu, ketika ia hendak pulang ada suara lembut yang memanggil nya " Zahra.." Zahra pun menoleh ke arahnya " ini punya mu? " sambil menyodorkan semua jam jangan yang merupakn miliki Zahra, ia hanya bisa menganguk tanpa mengeluarkan sepatah dua patah kata ia langsung pergi untuk menemui ayahnya yang sudah menungguunya didepan gerbang sekolah. 

" gimana nak sekolahnya seru?" sapa ayah. Zahra hanya mengangkatkan kedua bahunya saja, ayahnya selalu mengeti Zahra.Ia tak banyak bicara ketika diluar rumah tanpa bertanya lagi ayah dan Zahra pun pulang ke rumahnya.

"assalamu'alaikum , ibu aku pulang" ucap Zahra sebelum masuk rumah. Ibu pun menghampiri Zahra dan ayah " wa'alaikumussalam, cepat ganti bajumu nak setelah itu kita makan siang bersama ayah dan bersih-bersih lalu nanti kita mengobrol bersama-sama". " siapp 86 buu." Jawab ayah dan anaknya dengan serentak.

Sudah menjadi kebiasaan dikeluarga kecil ini memang setelah makan siang mereka akan meluangkan waktu untuk hanya sekedar bercerita tentang hari-hari yang telah mereka lalui sebelum nanti mereka kembali sibuk dengan urusan dan pekerjaan nya masing masing. Dalam keluarganya Zahra adalah orang yang selalu banyak bercerita ia selau ceria walaupun ketika ia mendapat maslah namun ketika diluar ia menjadi orang yang sangat pendiam dan menjadi introvert.

Makan siang telah usai perbincangan pun dimulai dengan pertanyaan ibu " bagaimana hari pertama sekolah mu nak? Apa sudah ada teman baru?". "iya ceritakanlah kami ingin mendengar nya." Sahut ayah. " hari pertama Zahra sekolah sungguh menyebalkan dan Zahra belum mendapatkan teman baru." Zahra mulai bercerita dengan wajah yang merah karna menahan sedih. 


" loh kenapa menyebalkan? " Tanya ibu. " iya karna aku dibentak oleh osis yang paling jahat seantero sekolah tapi aku bahagia karena ada osis lain yang menyemangatiku dan mengingatkanku pada kata-kata ayah. 

Dia seorang wanita yang cantik penuh kelembutan manis dan baik hati sekali." Ucap Zahra dengan wajah berseri seri. " alhamdulillah, siapa namanya nak? ". Tanya ibu kembali " secara tidak langsung kau  sudah mendapatkan teman baru sayang" ujar ayah sembari mengelus rambut ku. 

" namanya kak safiyya ibu." ucap Zahra dengan penuh harap. " iya sayang tidak sulit kan untuk beradaptasi dilingkungan baru, mulai besok kamu tidak perlu takut lagi yaa karena sebenarnya kamu bisa untuk beradaptasi dilingkungan yang baru. Yasudah ayah akan menyelesaikan tugas ayah dulu dan kamu jangan lupa belajar ya." Kalimat itu menutup pembicaraan sore itu.

Keesokan harinya ....
Ini adalah hari kedua Zahra mengikuti MPLS didepan gerbang sudah ada osis-osis kiler dan para mentor. Ada yang berbeda dengan MPLS hari ini, setiap peserta MPLS wajib menyanyikan mars SMPN 8 Jakata walaupun hanya sepenggal. Semua teman-teman Zahra bisa menyanyikan mars tersebut kecuali Zahra. 

Ia enggan untuk menyanyikan bukan karena ia tidak hafal dengan mars itu namun Zahra takut untuk membuka mulutnya didepan banyak orang. " hei kamu coba nyanyikan mars nya!" perintah salah satu osis Zahra terdiam dengan seribu bahasa ia hanya bisa menunduk. "punya mulut gak ngomong dong, kamu bisu? Dari kemarin saya Tanya kamu tak pernah dijawab. Kamu gak tuli kan?" timpa mentornya yang kermarin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun