Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja yang Temaram

15 Mei 2020   02:01 Diperbarui: 28 November 2020   08:16 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebutkan alasanmu suka atau bahkan jatuh cinta!

Wajahnya yang menawan. Penampilannya yang menarik. Cara bicaranya yang sopan.

Jawaban itu sering kudengar. Aku pun termasuk bagian dari mereka, tapi tidak dengan temanku, Senja. Hatinya jatuh pada gelombang cinta dengan cara yang berbeda, dalam sekejap waktu, saat matahari akan temaram kala itu.

"Pakai ini!" Aku dan Senja kompak menoleh ke sumber suara. Pria bertubuh tinggi tegap berbalut kemeja putih dan celana kain hitam berhias ikat pinggang warna senada berdiri di hadapan kami dan menyodorkan payung lipat berukuran 30 sentimeter berwarna biru tua.

"Kalian akan basah kuyup jika nekat berlari. Pakai payungku saja." Pria itu berkata lagi. Senyumnya terurai menampilkan barisan gigi yang rapi. Sungguh tampan dan menawan.

Jujur saja, hari itu kami harus segera kembali ke kampus karena suatu urusan. Kami mencoba memesan taksi online dan sejenisnya namun sama sekali tak ada hasil. Jarak kampus juga tidak terlalu jauh sehingga dengan putus asa kami memutuskan akan berlari sekencang mungkin menerjang hujan yang turun tiba-tiba. Lalu, pria itu datang bagai malaikat yang diutus Tuhan untuk menolong kami. Tanganku mulai bergerak untuk meraih payungnya, namun terhenti saat Senja berucap.

"Kamu bagaimana?"

"Aku?" Pria itu menunjuk dirinya sendiri. Senja menggangguk antusias.

"Aku masih lama di sini." Pria itu mengusap belakang kepala. "Saya melihat kalian nampak kebingungan dari dalam kafe. Saya pikir itu karena hujan tiba-tiba turun dan kalian tidak membawa payung. Karena saya ada payung, jadi ... yah, pakailah!"

Aku mengangguk paham dan menunggu tanggapan Senja. Temanku pun menerima payung tersebut dibubuhi ucapan terima kasih dan kami sama-sama beranjak untuk pergi.

"Oh iya," sergah Senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun