Di era digitalisasi, storytelling menjadi kunci penting bagi sebuah brand untuk terhubung dengan konsumennya. Tak sekadar menjual produk, brand yang mampu menyampaikan cerita yang kuat dan relevan akan lebih mudah membangun hubungan emosional dengan audiens. Hal ini berlaku bagi brand-brand lokal yang semakin kreatif dalam memanfaatkan storytelling untuk menarik perhatian.Â
Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga brand lokal yang dikenal memiliki storytelling yang kuat dan berhasil membangun brand yang solid di pandangan audiens. Mari kita temukan bagaimana brand-brand ini memanfaatkan kekuatan ceritanya untuk menciptakan identitas brand yang unik dan berkesan di hati konsumen.
1. Sejauh Mata MemandangÂ
Brand fashion yang didirikan oleh Chitra Subyatko pada tahun 2014 ini mengangkat storytelling yang cukup kuat. Dengan mengangkat kepedulian terhadap lingkungan alam, brand ini memiliki keresahan atas pemberitaan-pemberitaan yang menggambarkan pengrusakan alam oleh manusia yang begitu masif.Â
Melalui pameran-pameran yang diadakan oleh Sejauh Mata Memandang lakukan, brand ini berkomitmen untuk menyediakan bahan yang dapat sustaianable dan menlindung lingkungan dengan bahan-bahan yang dapat didaur ulang. Brand yang didirikan oleh Chitra ini bertanggung jawab untuk mengurangi limbah tekstil, melestarikan lingkungan, dan memberdayakan masyarakat dengan tagline "Baru, Daur, Baur".Â
Tujuan utamanya tentu adalah menyelamatkan bumi dan masa depan manusia di bumi.Â
Selain itu, mengutip dari Story brand Sejauh Mata Memandang bahwa misi dari Chitra adalah membuat kain tradisional Indonesia menarik bagi generasi muda dengan secara artistik mengontraskan warisan budaya dengan modernitas kasual. Motif yang dibuat pun terinspirasi oleh keindahan alam di Indonesia dan dibuat dengan cermat oleh pengrajin terampil dari Jawa, Bali, dan Sumba.
Sumber: Sejauh Mata Memandang
Â
2. PijakBumi
Sama halnya dengan brand Sejauh Mata Memandang, PijakBumi juga mengangkat storytelling yang kuat melalui kepedulian pemilik brand terhadap pembuangan limbah pasca produksi. Rowland Asfales pendiri perusahaan PijakBumi, memiliki keresahan atas sisa limbah perusahaan yang dibuang berserakan dan diletakkan begitu saja tanpa memerhatikan fungsi yang ada dalam limbah tersebut.Â