Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

M. Mashabi: Jembatan Musik Melayu Menuju Panggung Dangdut

19 September 2025   21:00 Diperbarui: 16 September 2025   10:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama M. Mashabi sering muncul saat orang bicara sejarah musik Indonesia. Banyak yang mengenalnya sebagai perintis dangdut, sosok yang pengaruhnya besar sekali (Tirto.id, 2023).

Lagu-lagunya punya warna yang khas. Liriknya dalam, melankolis, penuh cerita patah hati yang menempel di kepala.

Banyak pendengar merasa kisah mereka ikut terwakili. Karya-karyanya terasa tak habis dimakan waktu. Coba dengar "Renungkanlah" atau "Hilang Tak Berkesan".

Lagu-lagu itu masih kerap terdengar sampai sekarang (Discogs). Generasi baru pun terus menyanyikannya ulang. Itu saja sudah menunjukkan betapa kuat jejak musiknya.

Tapi ada satu pertanyaan yang layak diajukan. Apakah Mashabi benar satu-satunya tokoh?

Benarkah semua cerita dangdut bertumpu pada dirinya saja? Atau sebenarnya lebih rumit, dengan banyak pihak terlibat?

Untuk menjawabnya, kita perlu menengok konteks zamannya. Sekitar 1950-an, musik populer dikuasai Orkes Melayu. Akarnya kuat di tradisi Melayu Deli.

Ada juga musik gambus bernuansa Arab, dibawa para musisi keturunan Arab yang bermukim di Indonesia (Kompas.id, 2021).

Tentu musik-musik itu tidak beku. Selalu ada ruang percampuran budaya.

Lalu datang gelombang baru dari India. Film-filmnya meledak di Indonesia.

Orang jatuh cinta pada ceritanya, juga tari dan musiknya. Musik film India punya irama yang khas, dinamis, dengan bunyi gendang atau tabla yang menonjol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun