Di belakang mereka. Berdiri sistem kolonial yang memberi jalan bagi penipuan itu. Aturan memberi kuasa besar kepada pemilik perkebunan.
Pekerja yang dianggap melanggar bisa dihukum. Penjara dan kerja paksa selalu mengintai.
Ikatan itu mengurung para pekerja. Pilihan mereka mengecil menjadi satu: terus bekerja.
Lama kelamaan, lahirlah penjara yang tak kasatmata. Para pekerja terisolasi secara geografi dan budaya.
Mereka tercabut dari keluarga dan komunitas Jawa. Dikelilingi masyarakat Sunda.
Sungai Cikarang menjadi batas yang sangat nyata. Mempertebal rasa terasing. Meski begitu, mereka tetap berusaha bertahan.
Komunitas dibentuk, kehidupan dirajut ulang. Ironisnya, mereka hidup dengan keyakinan keliru. Bahwa mereka sudah berada di Suriname.
Keyakinan itu runtuh setelah kemerdekaan. Berita tentang kemerdekaan merembes perlahan.
Dan pada akhirnya mereka sadar. Mereka tidak pernah pergi. Selama puluhan tahun, mereka tetap di Jawa.
Pahit, tentu saja. Namun saat kebenaran terbuka, itu menjadi titik balik.
Komunitas Jaringao menatap kenyataan. Lalu memilih tidak menyerah.