Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puntung Rokok, Sumber Polusi Plastik yang Terabaikan

8 September 2025   07:00 Diperbarui: 26 Agustus 2025   17:13 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laporan mereka menunjukkan fakta yang jelas. Puntung rokok menempati peringkat pertama sampah (Ocean Conservancy, 2023).

Ia menjadi sampah paling banyak ditemukan. Sampah itu ada di pesisir dunia. Jumlahnya kalahkan botol plastik dan sedotan. Juga lebih banyak dari kantong kresek.

Padahal sampah itu lebih banyak disorot. Ini jelas bukan lagi masalah kecil. Ini adalah krisis polusi global nyata. Krisis ini terjadi diam-diam di depan kita.

Di dalam air puntung rokok terpecah. Paparan sinar matahari mempercepat proses itu.

Ia tidak hilang tapi menjadi serpihan. Serpihan plastik super kecil dan berbahaya. Namanya adalah mikroplastik (National Oceanic and Atmospheric Administration).

Ukurannya sangat kecil dan mudah tertelan. Banyak hewan laut bisa memakannya langsung.

Misalnya plankton, ikan kecil, dan kerang. Racun puntung masuk ke tubuh mereka. Racun itu lalu berpindah lewat makanan.

Ini adalah sebuah risiko yang nyata (National Center for Biotechnology Information, 2011).

Ikan besar memakan ikan kecil tercemar. Burung laut memakan ikan besar itu. Bukan tidak mungkin racunnya berakhir disini. Racun itu bisa ada di piring kita.

Masalah ini menuntut solusi lebih serius. Bukan sekadar imbauan membuang sampah.

Perlu ada tekanan pada industri tembakau. Mereka harus didorong untuk terus berinovasi. Mereka harus ciptakan filter ramah lingkungan. Filter yang benar-benar mudah untuk terurai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun