Para insinyur dan desainer melakukan eksperimen murni. Mereka mencoba berbagai macam bentuk ponsel baru. Mereka mencari keseimbangan antara banyak aspek penting.Â
Aspek itu adalah ergonomi, estetika, dan kebaruan. Ini bukanlah sekadar sebuah bentuk kompensasi belaka. Ini adalah eksplorasi aktif dari para desainer.
Faktor permintaan pasar memegang peranan sangat krusial. Konsumen melihat ponsel sebagai perpanjangan identitas diri. P
onsel juga menjadi cerminan gaya pribadi mereka. Ponsel bukan hanya sebuah alat komunikasi biasa. Ponsel adalah aksesori fesyen yang sangat penting. Posisinya setara tas atau jam tangan mewah (Dewi Magazine, 2023).Â
Budaya populer menjadi pendorong utama tren tersebut. Selebriti dan film sering menampilkan ponsel ikonik. Hal ini memicu keinginan massal dari masyarakat. Mereka ingin memiliki perangkat serupa yang populer (Tirto.id, 2025).
Semua ini mulai berubah secara sangat drastis. Pemicunya adalah peluncuran iPhone pertama tahun 2007. iPhone memperkenalkan teknologi layar sentuh yang superior. iPhone juga membawa sebuah paradigma desain baru.Â
Paradigma itu adalah "layar adalah seorang panglima". Sejak saat itu, desain ponsel menjadi seragam. Bentuk dasarnya hanya lempengan kaca persegi panjang.Â
Fokus utama industri telah bergeser sepenuhnya. Tujuannya untuk memberi pengalaman aplikasi maksimal (IDN Times, 2023).Â
Beberapa orang merasa ponsel modern kurang bernyawa. Mereka merindukan keunikan fisik ponsel zaman dulu.
Akan tetapi, kreativitas ponsel modern tidak hilang. Kreativitas tersebut hanya mengalami transformasi bentuk. Dulu kreativitas diekspresikan lewat bentuk fisik.Â
Contohnya adalah warna dan bentuk dari casing. Sekarang personalisasi terjadi di dalam layar ponsel. Pengguna mengekspresikan diri lewat banyak cara.Â