Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sains Membuktikan Tak Ada Hubungan Antara Golongan Darah dan Karakter

8 Agustus 2025   11:00 Diperbarui: 4 Agustus 2025   13:55 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi golongan darah. (via Kompas.com)

Kepercayaan golongan darah dapat menentukan kepribadian. Hal ini telah mengakar kuat di masyarakat. Terutama di negara-negara Asia seperti Jepang. Juga Korea Selatan (Sains Kompas, 2019). 

Sering kali seseorang bertanya golongan darah. Itu dilakukan saat pertama kali bertemu. Tujuannya untuk menilai karakter atau kecocokan (Wikipedia, 2023). 

Praktik ini sudah lazim dalam budaya populer.

Ide ini pertama kali populer di Jepang. Itu terjadi pada sekitar tahun 1920-an. Teori dipopulerkan oleh psikolog Takeji Furukawa. Ia melakukannya melalui beberapa publikasi ilmiah (CNBC Indonesia, 2023). 

Ia mengklaim golongan darah A bertanggung jawab. Golongan darah B dianggap sangat kreatif. Golongan darah O dicitrakan pemimpin yang kuat. Golongan darah AB digambarkan pribadi rumit (Al Uswah Tuban). 

Teori ini menyebar cepat di masyarakat Jepang. Namun popularitasnya sempat menurun setelah dikritik. Kritikan itu datang dari para kaum akademisi.

Pada tahun 1970-an seorang jurnalis muncul. Jurnalis itu bernama Masahiko Nomi. Ia menghidupkan kembali teori golongan darah. 

Ia melakukannya melalui bukunya yang meyakinkan. Buku itu meyakinkan banyak orang sekali. Bahwa golongan darah memprediksi kecocokan romantis. Serta juga perilaku setiap individu (Tensai Indonesia; Kompas.com, 2023). 

Sejak saat itu teori ini kembali populer.

Akan tetapi, perlu ditegaskan sekali lagi. Teori ini tidak memiliki dasar ilmiah (IDN Times, 2023). 

Dunia sains modern telah menolak teori itu. Sebab golongan darah ditentukan oleh gen. Gen tersebut mengendalikan antigen sel darah merah. 

Itu tidak berhubungan dengan fungsi otak. Juga tidak memiliki hubungan dengan sistem saraf (Japanese Station; Pure Premium Care). 

Dengan kata lain, tidak ada mekanisme biologis. Mekanisme itu menghubungkan darah dengan kepribadian (Bumame).

Ilmu psikologi modern telah menyebutkan sesuatu. Bahwa kepribadian manusia adalah hal kompleks. 

Itu dibentuk oleh interaksi banyak faktor. Meskipun faktor genetik juga ikut berperan. Pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup dominan. 

Misalnya seperti pola asuh dan pendidikan. Kondisi sosial-ekonomi membentuk karakter yang dominan (Open Journal Masda).

Beberapa penelitian sudah menguji teori ini. Pengujiannya dilakukan secara sangat ketat sekali. Hasilnya selalu menunjukkan sesuatu yang sama. Tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan. Antara golongan darah dengan kepribadian (Jurnalposmedia). 

Sebuah studi besar dilakukan peneliti Jepang. Peneliti itu adalah Kengo Nawata tahun 2014. Studi itu melibatkan lebih dari 10.000 responden. Hasilnya tidak menemukan hubungan yang jelas (IDN Times, 2023; Japanese Station). 

Penelitian itu menemukan sebuah fakta penting. Hanya 0,3 persen variasi kepribadian dijelaskan. Hal itu bisa dijelaskan golongan darah. Angka tersebut merupakan angka yang sangat kecil. Itu bisa terjadi karena kebetulan statistik (Pure Premium Care).

Walaupun tidak berdasar, kepercayaan ini berdampak. Dampaknya sangat luas dan juga negatif. 

Di Jepang, ada kasus diskriminasi serius. Kasus itu disebut bura-hara (blood type harassment). Perusahaan memakai golongan darah untuk merekrut. Mereka merekrut karyawan baru (Journal Unair; Intisari Grid). 

Bahkan, pada tahun 2011 ada kejadian. Menteri Rekonstruksi Jepang Ryu Matsumoto mundur. Ia menyalahkan golongan darah B miliknya. Sebagai penyebab sifatnya yang mudah tersinggung. Juga karena sifatnya yang sangat ceroboh (Detik News, 2011).

Pseudosains ini bisa menciptakan stereotipe salah. Seperti anggapan orang bergolongan darah B. Mereka dianggap tidak dapat dipercaya sekali. Atau golongan darah O terlalu dominan (Hello Sehat). 

Stereotipe ini bisa sangat membatasi seseorang. Juga bisa merusak hubungan interpersonal kita. Pasangan bisa merasa tidak cocok nantinya. Hanya karena perbedaan golongan darah mereka (IDN Times NTB).

Lalu, mengapa kepercayaan ini begitu populer? Alasan utamanya bersifat sangat psikologis. Manusia cenderung menyukai penjelasan yang sederhana. Terutama untuk hal kompleks seperti kepribadian (Fhandy Pandey). 

Selain itu, deskripsi kepribadiannya cenderung samar. Deskripsi itu juga bersifat sangat umum. Ini membuat banyak orang merasa sangat cocok. Fenomena ini disebut sebagai Efek Barnum. Ini fenomena psikologis (Hello Sehat; Jurnal Universitas Pahlawan, 2023).

Pada akhirnya, seseorang harus dinilai karakternya. Bukan dinilai dari label tidak ilmiah. Sebab setiap kepribadian itu sangat unik (E-Journals Unmul, 2019). 

Peningkatan kesadaran akan fakta ini penting. Hal itu untuk menghindari adanya diskriminasi. Juga untuk menghargai setiap individu kita. 

Hargai mereka apa adanya dengan tulus. Bukan berdasarkan mitos tidak terbukti (Tempo.co; Jurnal Universitas Pahlawan, 2023).

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun