BERTAMU ; Dan kita duduk bersabda-sabda;
Hingga, petang
Segelas kopi pahit mencernamu
Menjadi akal yang mudah
Namun
Sarat, dengan kekentalan luka
Dalam darah
SEGELAS kopi manis mencernaku
Menjadi akal yang mudah
Namun
Sarat, dengan kekentalan luka
Dalam darah
Kecerdasan terbilang
bukan suatu kenyataan ?
Dan, aku bertanya.
Tapi, katamu,
Sebuah puisi yang tertulis
Membuatmu berharap aku pulang -
tanpa melewati jarak dan waktu
Di dalam kenyataan
- mata-mata para pengendara
di jalan raya itu
Dekat tol raya - dalam khayal semata.
Dan, sepeda motor berjalan
Di dalam jarak dan waktu
Hanya, di dalam pikiran
Seketika,
Masuk ke dalam dimensi pikiran
Pulang ke rumah: di dalam ingatan
Dan,
aku tak melihat rumah tiba
di hadapan padangan mataku
Sesekali mata ingatan itu
yang menghampiri bayangnya.