Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Doa yang Menghantarkan ke Jalan yang Benar

20 Agustus 2025   10:21 Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa yang Menghantarkan ke Jalan yang Benar - Trilogi Cahaya By Ahmad Husen

Tulisan ini merupakan bagian dari Trilogi Cahaya, sebuah rangkaian narasi spiritual-filosofis yang mengajak kita menapaki perjalanan jiwa menuju kedamaian, keadaban, dan keabadian. Setiap artikel dalam trilogi ini saling terkait, bagaikan suluh-suluh kecil yang bersama-sama menyalakan obor besar penerang jalan. Dengan membacanya, Anda bukan sekadar menyerap wacana, tetapi juga ikut terlibat dalam sebuah perjalanan batin yang lebih luas: perjalanan menyalakan lentera jiwa, menyalakan pelita bangsa, hingga akhirnya menyalakan mercusuar cahaya bagi peradaban. 

Doa yang Menghantarkan ke Jalan yang Benar

Ada kalanya manusia merasa tersesat di jalan hidupnya. Ia berjalan, tetapi tak tahu arah. Ia bekerja, tetapi tak merasakan makna. Ia mencintai, tetapi hatinya terasa hampa. Pada titik inilah doa menjadi satu-satunya bahasa yang mampu menembus batas kebisuan hidup.

Doa bukan sekadar untaian kata-kata yang keluar dari bibir. Ia adalah denyut hati yang paling jujur, bisikan jiwa yang paling dalam, sekaligus cahaya yang menembus kegelapan. Doa adalah peta rahasia yang menuntun langkah, jembatan yang menghubungkan bumi dan langit, sekaligus kompas yang menegakkan arah ketika kita hampir kehilangan kendali.

Doa sebagai Nafas Jiwa

Bayangkan sebuah kapal di tengah lautan. Tanpa kompas, ia hanya akan terombang-ambing, terbawa arus ke mana saja. Doa adalah kompas itu. Ia memberi arah, bukan karena kita selalu tahu apa yang menanti di depan, melainkan karena kita percaya bahwa ada tangan yang lebih besar menuntun layar kehidupan.

Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186).

Doa bukanlah tanda kelemahan. Justru, doa adalah puncak kesadaran manusia bahwa ia tidak sendirian. Ia sadar bahwa ada kekuatan yang lebih agung, yang mengatur ritme semesta, dan kepadanya lah segala perjalanan bermuara.

Doa yang Membumi

Banyak orang membayangkan doa hanya bisa dilakukan dalam hening ruang ibadah, dengan pakaian suci, dan lantunan tertentu. Padahal, doa membumi dalam setiap denyut kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun