Kedamaian itu tak terkalahkan karena ia tidak bergantung pada kondisi luar, melainkan pada kekuatan batin dan kebijaksanaan kolektif bangsa.
Pada usia 80 tahun, bangsa Indonesia harus berani berkata:
- Kami merdeka, tetapi juga damai.
- Kami beradab, bukan hanya berkuasa.
- Kami berkelanjutan, bukan sekadar mengejar pertumbuhan sesaat.
Itulah Indonesia yang kita cita-citakan.
6. Dari 80 Tahun ke 100 Tahun: Jalan Cahaya Indonesia Emas
Artikel ini adalah jembatan menuju refleksi berikutnya: “Trilogi Cahaya untuk Indonesia Emas: Visi 100 Tahun Kemerdekaan.”
Jika usia 80 tahun adalah tonggak kedamaian, maka usia 100 tahun (2045) adalah mercusuar. Dari tanah air ini, cahaya akan berpijar ke seluruh dunia, menjadikan Indonesia mercusuar peradaban.
Tetapi mercusuar itu tidak akan pernah lahir tanpa cahaya jiwa, pelita negeri, dan sinar semesta yang sudah kita nyalakan hari ini.
80 tahun adalah usia matang. Bagi manusia, ia adalah fase kebijaksanaan. Bagi bangsa, ia adalah fase menentukan: apakah akan tetap berdiri tegak atau runtuh dalam gejolak.
Indonesia yang merdeka pada 1945 kini diajak melangkah menuju fase yang lebih luhur: kedamaian yang tak terkalahkan.
Inilah saatnya setiap anak bangsa mengambil peran, sekecil apa pun. Karena kedamaian tidak dibangun oleh segelintir orang besar, melainkan oleh jutaan jiwa kecil yang menyalakan cahaya bersama.
"Kemerdekaan memberi kita sayap, kedamaian memberi kita langit. Mari terbang bersama, menjaga Indonesia tetap bercahaya hingga keabadian."