Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Mengikuti Jejak Cahaya di Lorong-Lorong Sunyi

15 Agustus 2025   17:45 Diperbarui: 15 Agustus 2025   07:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang takut pada sunyi, karena di dalam sunyi kita bertemu diri sendiri tanpa topeng. Namun justru di situlah kekuatan dibentuk. Dalam sunyi, kita belajar membedakan mana suara hati dan mana suara ego.

Seorang guru pernah berkata, “Sunyi itu bukan kosong. Sunyi itu ruang di mana cahaya bisa tumbuh.”
Dan memang benar, di lorong-lorong sunyi, kita sering menemukan pencerahan kecil yang diabaikan saat pikiran sibuk.

Di budaya maritim Nusantara, nelayan sering berlayar malam hari dalam diam, hanya mengikuti bintang dan riak ombak. Dalam kesunyian itu, mereka membaca tanda-tanda alam yang tak akan terlihat di siang hari. Begitu pula dalam perjalanan jiwa, kita membaca tanda-tanda cahaya justru di saat dunia berhenti berisik.

Rintangan di Lorong Sunyi

Jalan ini tidak selalu nyaman. Kadang kita merasa sepi, kadang ragu, kadang ingin kembali ke keramaian semu. Ada godaan untuk mencari pengakuan, validasi, atau sekadar hiburan agar sunyi terasa tidak menakutkan.

Tetapi di sinilah letak ujian: mampukah kita bertahan sampai menemukan cahaya yang menunggu di ujung lorong? Sebab lorong ini bukan tujuan akhir—ia adalah jembatan menuju kedalaman diri yang lebih besar, tempat di mana kita akan menemukan “peta rahasia” yang akan kita bahas dalam artikel berikutnya.

"Lorong sunyi bukan berarti kesendirian fisik. Ia adalah ruang batin di mana riuh dunia mereda, dan cahaya Ilahi menuntun langkah kita tanpa tergesa." - Ahmad Husen

Menandai Jejak Agar Tidak Lupa

Salah satu cara agar kita tidak kehilangan arah adalah dengan menandai setiap jejak cahaya yang kita temui. Caranya bisa sederhana: menulis jurnal harian, mencatat ayat atau hadis yang menyentuh hati, atau bahkan mengingat rasa syukur dari peristiwa kecil hari ini.

Ini bukan sekadar catatan, tetapi semacam batu penanda di jalan spiritual kita. Kelak, ketika kita merasa tersesat, kita bisa menoleh ke belakang dan melihat: “Ah, aku pernah melewati titik ini, dan aku tahu ke mana harus kembali.”

Mengaitkan dengan Peta Rahasia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun