Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#16/Selesai)

11 September 2021   10:01 Diperbarui: 11 September 2021   10:04 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erika yang tak mengenal sejarah Dika dulu, tidak terlalu peduli dengan perubahan itu. Pada awalnya memang tidak mudah baginya menerima kehadiran Dika karena seperti sim salabim tahu-tahu ia muncul dalam hidupnya. Tapi karena keadaan, ia coba membuka pintu hatinya untuk Dika.

Walaupun Dika tidak pernah pacaran sama sekali sebelumnya, ia dapat dengan mudah diterima Erika karena sifatnya yang supel dan gaul. Ia baru merasakan pacaran saat bersama Erika. Perlahan-lahan getar-getar perasaan itu mulai terasa. Sedikit demi sedikit tumbuh rasa sukanya pada Erika. Hingga akhirnya ia benar-benar jatuh cinta kepadanya.

Hari demi hari, mereka terus berusaha mengenal satu sama lain. Menemukan kesamaan. Memahami perbedaan. Menyatukan langkah. Merajut hidup bersama. Membangun mahligai rumah tangga seutuhnya. Tak ada yang disesali dari kebersatuan itu. Seolah semesta raya telah menjodohkan mereka berdua. Erika merasa beruntung dipertemukan dengan Dika dan Dika pun demikian.

......
Kebahagiaan keduanya semakin lengkap saat kelahiran sang anak. Keduanya sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu hari kelahiran itu tiba. Sejak sabtu dini hari, kontraksi ringan sudah mulai dirasakan Erika tapi masih bisa ia tahan. Tidak ingin mengambil risiko, paginya ia langsung dibawa Dika ke klinik yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah keluarga Erika. Kebetulan hari itu hari sabtu sehingga Dika tidak harus ambil cuti kerja dan lebih leluasa dalam menyambut lahirnya sang anak.

Sedari awal menangani kehamilan Erika, Dokter Ovilia sudah memahami keinginan Erika yang menghendaki persalinan dilakukan secara normal bukan sesar. Sesuai perhitungan dokter, Erika diminta untuk bersiap karena sudah mendekati waktu 9 bulan 10 hari. Sebelumnya dokter sudah mewanti hal tersebut saat usia kandungan Erika masuk sembilan bulan. Pagi itu Dokter Ovi berusaha melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin.
 
Tidak mau hanya menunggu diluar, dengan setia Dika menemani langsung proses persalinan Erika di dalam ruang persalinan. Sebuah pemandangan yang tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya tersaji di depan mata kepalanya. Tanpa terasa air matanya menetes saat menyaksikan sang istri berjibaku mempertaruhkan tidak hanya nyawanya sendiri tapi juga bayinya.

Kenyataan itu seperti mengingatkannya pada pelajaran agama sewaktu di SD dulu saat gurunya berkata "surga itu dibawah telapak kaki ibu". Hal itu menambah keyakinan dalam dirinya setelah ia melihat langsung persalinan istrinya sekarang. Sangat wajar jika ibu dijadikan sosok yang dimuliakan melebihi sosok ayah karena melalui dirinya lah kita dapat hadir di dunia ini.

Setelah dua kali diinduksi, si bayi yang ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya terlahir ke dunia dengan selamat pada pukul 9:15 . Dengan mengucap syukur, persalinan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Ibu dan bayi laki-laki itu dalam kondisi sehat wal afiat. Sang dokter tampak bernapas lega setelah perjuangannya hampir dua jam itu membuahkan hasil.

Dibantu perawat, dengan penuh kehati-hatian dokter meletakkan bayi yang menangis itu ke dada sang ibu untuk menyusu. Dengan bimbingan instingnya, si bayi seakan langsung tahu apa yang ia cari. Seketika raungan dan tangisannya berhenti lalu berganti keheningan setelah memperoleh apa yang ia cari.

"Selamat ya bayinya sudah lahir. Mudah-mudahan sehat dan kuat," ucap Dokter Ovilia.

"Terima kasih, Dok," jawab Dika diikuti Erika dengan penuh apresiasi. Kemudian dokter meninggalkan ruangan diikuti perawat.

"Halo, Dede," sapa Dika ke si bayi dengan gemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun