Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Dongeng untuk Jokowi #4: Sejuta Mimpi Siti

29 Desember 2015   06:29 Diperbarui: 9 Januari 2016   02:05 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

memohon rahmat

lalu sejarah kita kunyah

menjadi kenyataan, yang

seharusnya terjadi

bukan yang sebenarnya ada

 

Bapak tua pengayuh becak itu berulang-ulang mengucap istighfar saat aku selesai menceritakan kisahku. Tentang dijualnya aku ke lokalisasi pelacuran oleh seseorang yang berpura-pura mengadopsiku dari panti asuhan, langsung setelah menjemputku dari panti. Tentang -entah bagaimana caranya- aku berhasil lolos dari tindak percobaan perkosaan itu, hingga akhirnya bertemu dengan beliau.

Diusapnya kepalaku dengan wajah prihatin. Matanya menerawang memandang becak yang terparkir dekat pintu.

“Jika kamu mau, Ndhuk, kamu bisa tinggal bersama Bapak. Tapi beginilah tempat tinggal Bapak, Ndhuk, hanya gubuk liar di pinggir kali,” tawar bapak tua pengayuh becak -yang belakangan kuketahui bernama Pak Min- kepadaku, yang tak kujawab selain memeluknya sambil terus sesenggukan.

Esoknya, badai yang menerpa semalam telah banyak reda, menyisakan hangat mentari yang menyembul malu-malu di ufuk Timur. Dan sinar mentari itu terasa kian hangat saat Pak Min mengatakan akan langsung mendaftarkanku di SD sekitar.

“Ga apa-apa kamu dapat kelas siang ya, Ndhuk, karena kelas pagi tak ada bangku kosong,” terang Pak Min, membuat mataku agak buram sebab beliau yang bukan siapa-siapaku ini, begitu mmperhatikanku layaknya cucu beliau sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun