Apakah Benar; Menulis di Kompasiana Bisa Melatih Soft Skills?
Oleh: A. Rusdiana
Menyatukan visi mahasiswa agar mau menulis esai dari materi kuliah tidaklah mudah. Semester ganjil 2025/2026 yang dimulai 1 September hingga 29 Desember 2025 menunjukkan dinamika yang khas: perkuliahan di S1 sudah berjalan dua kali, sementara di S2 Pendidikan khususnya Sistem Informasi Manajemen Pendidikan---beberapa kelas bahkan harus paralel karena benturan jadwal mengajar. Fenomena ini mencerminkan tantangan: bagaimana dosen membangun kultur belajar yang tidak hanya menekankan akademik, tetapi juga soft skills mahasiswa.
Di sinilah pentingnya penguatan soft skills dan work engagement. Soft skills---seperti disiplin, konsistensi, keterbukaan pada kritik, serta jejaring---berkaitan erat dengan kesiapan profesional. Sedangkan work engagement, menurut Schaufeli & Bakker (2002, 2004), adalah kondisi positif yang ditandai vigor (semangat), dedication (pengabdian), dan absorption (penyerapan penuh). Mahasiswa yang engaged tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga kognitif dan emosional.
Secara teoretis, model Job Demand--Resources (JD-R) menjelaskan bahwa keterlibatan kerja tumbuh ketika tuntutan kuliah diseimbangkan dengan sumber daya seperti bimbingan dosen, komunitas belajar (community of practice, Wenger), dan interaksi sosial (social learning, Vygotsky).
Artikel ini bertujuan membahas bagaimana menulis esai kuliah yang dipublikasikan di Kompasiana dapat menjadi sarana peningkatan soft skills dan work engagement, sekaligus berfungsi layaknya magang digital akademik. Berikut Lima Pilar Peningkatan Soft Skills dan Work Engagement:
Pertama: Disiplin dan Konsistensi Menulis; Menulis esai dari bahan ajar dan mempublikasikannya menuntut kedisiplinan waktu serta konsistensi ide. Mahasiswa dilatih mengelola target, mirip dengan dunia kerja profesional.
Kedua: Keterbukaan terhadap Umpan Balik; Proses revisi dari dosen atau masukan pembaca Kompasiana membentuk sikap terbuka. Inilah soft skill penting: kemampuan menerima kritik sebagai bekal pengembangan diri.
Ketiga: Penerapan Teori dalam Praktik Nyata; Mahasiswa belajar menghubungkan teori akademik dengan fenomena aktual dalam tulisannya. Hal ini meningkatkan dedication karena mereka merasa kontribusinya nyata, bukan sekadar latihan di kelas.
Leempat: Jejak Digital dan Jaringan Profesional; Publikasi di Kompasiana menciptakan portofolio akademik sekaligus memperluas jejaring. Mahasiswa terhubung dengan pembaca, editor, dan komunitas profesional, membangun absorption dalam lingkungan digital.