Differentiated Split Class vs Kelas Tunggal: Mana Lebih Efektif?
Oleh: A. Rusdiana
Semester Ganjil 2025/2026 berlangsung 1 September 19 Desember. Di S1, dua pertemuan kuliah paralel terjadi karena krosing jadwal Metode Penelitian; di S1, fokus pada Pendidikan dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Fenomena yang muncul: variasi kemampuan mahasiswa signifikan S1 masih belajar dasar, S2 lebih berpengalaman membuat kelas seragam kurang optimal.
Asal kelas menyatu ataupun terpisah yang dibedakan melibatkan satu kelas berisi siswa dari dua tingkatan berbeda yang juga diajarkan dengan instruksi dan materi yang dibedakan. Strategi ini memungkinkan siswa dengan beragam kebutuhan, keterampilan, dan minat untuk menerima instruksi yang disesuaikan dengan tingkat pembelajaran masing-masing, meskipun mereka tidak berada di tingkatan kelas yang sama. Guru/tutor menggunakan berbagai metode untuk mencapai hal ini, seperti pengajaran tim, pengajaran kelompok kecil, pusat pembelajaran, dan pengelompokan fleksibel, yang semuanya bertujuan untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi siswa yang kesulitan dan pengayaan bagi siswa yang sudah mahir dalam lingkungan kelas yang sama.
Model Differentiated Split Class membagi mahasiswa berdasarkan capaian kompetensi: kelompok cepat mengikuti pengayaan, kelompok lainnya mendapat remedial. Model ini sesuai teori Job Demand-Job Resources, menyeimbangkan tuntutan belajar dengan dukungan, meningkatkan work engagement. Teori community of practice (Wenger) dan social learning (Vygotsky) mendukung, karena pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dan praktik sesuai kemampuan. Prinsipnya: pembelajaran dilakukan aktif, bukan menunggu ahli hingga kesalahan terjadi.
Nanmun masih "Mind match" antara kemampuan dosen dan mahasiswa berbeda strata (S1--S2, usia, pengalaman) perlu diperkuat. Tanpa diferensiasi, mahasiswa cepat bosan atau tertinggal. Differentiated Split Class menyesuaikan strategi belajar sesuai kapasitas masing-masing. Menjelaskan manfaat Differentiated Split Class dalam meningkatkan keterlibatan, pemahaman praktis, dan pencapaian kompetensi mahasiswa lintas strata, serta memberikan rekomendasi bagi pemangku kepentingan pendidikan. Â Berikut Pembahasan: Lima Pilar Pembelajaran:
Pertama: Penyesuaian Materi Berdasarkan Kompetensi; Mahasiswa S1 menerima bimbingan dasar, sementara S2 diberikan pengayaan dan tugas lebih kompleks. Misalnya, di Metode Penelitian, S1 fokus statistik dasar, (Metsis); S2 fokus analisis data strategis (SIM-P). Strategi ini menyeimbangkan kebutuhan belajar tiap kelompok.
Kedua: Keterlibatan Aktif (Engagement); Bimbingan sesuai kebutuhan meningkatkan motivasi dan partisipasi. Job Demand-Job Resources Theory menunjukkan dukungan tepat menumbuhkan keterlibatan tinggi, mengurangi stres akademik dan meningkatkan fokus mahasiswa.
Ketiga: Praktik dan Kontekstualisasi; Mahasiswa langsung mengerjakan tugas sesuai kemampuan. S2 melakukan studi kasus kompleks SIM, S1 mengelola data sederhana tetapi mendalam. Pendekatan ini memperkuat pemahaman dan keterampilan praktis.
Keempat: Kolaborasi Lintas Strata; Interaksi antar mahasiswa S1 dan S2 membentuk komunitas belajar yang adaptif. S2 dapat menjadi mentor informal bagi S1, sementara S1 memberi perspektif segar bagi S2. Pendekatan ini mendukung teori Wenger dan Vygotsky tentang pembelajaran sosial.
Kelima: Evaluasi dan Umpan Balik Personal; Setiap kelompok menerima feedback sesuai kebutuhan, mempercepat perbaikan dan meningkatkan pencapaian kompetensi. Evaluasi terfokus membuat semua mahasiswa mendapat perhatian optimal tanpa tertinggal.
Differentiated Split Class lebih efektif dibanding kelas seragam tradisional, terutama untuk mahasiswa lintas strata. Rekomendasi: 1) Terapkan pada mata kuliah dengan variasi kemampuan tinggi; 2) Kelompokkan mahasiswa berdasarkan penilaian awal dan kapasitas dosen; 3) Latih dosen untuk pengayaan dan remedial efektif; 4) Integrasikan Magang, SIM, dan studi kasus sesuai kelompok kompetensi.
Differentiated Split Class bukan sekadar metode, tetapi strategi pembelajaran adaptif. Dengan menyesuaikan materi sesuai kompetensi S1--S2, mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan akademik dan profesional. Wallahu A'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI