Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Reflesi Tranformatif: Strategi Evaluatif Deep Learning Menunju Indonesia Emas 2045

28 Juni 2025   23:47 Diperbarui: 28 Juni 2025   23:43 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Utama Kumparan, tersedia di https://kumparan.com/aris-kurniyawan-1745459901112797863/deep-learning-and-pedagogi-refleksi-ignasian-jalan-baru-pendidikan-(dimodifikasi dg sumber lainya) 

Refleksi Transformatif: Strategi Evaluatif Deep Learning Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Momentum tahun baru hijriah dan tahun ajaran baru menjadi titik refleksi strategis untuk mengevaluasi kembali arah pendidikan nasional. Di tengah percepatan era 5.0 dan disrupsi nilai di kalangan generasi muda, sistem pendidikan Indonesia memerlukan pembaruan mendasar. Penerapan Deep Learning, Kurikulum Cinta, dan visi Gapura Panca Waluya menjadi pijakan baru untuk mencetak generasi tangguh dan berjiwa kebangsaan kuat. Tahap kelima dari sintaks integratif Deep Learning adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Refleksi bukan sekadar melihat ke belakang, tetapi mempersiapkan masa depan. Al-Qur'an mengarahkan, "Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok" (QS Al-Hasyr:18). Hadis Nabi juga menekankan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung.

Namun, di balik semangat itu, masih terlihat celah besar: degradasi peran keluarga dan komunitas dalam mendukung pendidikan karakter. Banyak siswa gagal merefleksi proses belajarnya karena minimnya budaya reflektif dalam sistem pendidikan. Akibatnya, generasi muda rentan kehilangan arah, nilai, dan integritas. Tulisan ini bertujuan menjelaskan bagaimana strategi reflektif dalam Deep Learning khususnya Tahap 5 menjadi kunci dalam pembentukan generasi pembelajar sejati, serta bagaimana pendekatan ini sejalan dengan Kurikulum Cinta dan visi Gapura Panca Waluya untuk menjawab tantangan zaman dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut, 5 Strategi Evaluatif Deep Learning Menuju Indonesia Emas 2045:

Pertama: Refleksi sebagai Budaya Pembelajaran Transformatif; Dalam Deep Learning, refleksi bukan hanya kegiatan akhir, melainkan inti dari pertumbuhan belajar. Dengan Kurikulum Cinta, siswa diajak memahami bukan hanya "apa yang dipelajari", tetapi juga "bagaimana mereka belajar dan tumbuh". Strategi ini menumbuhkan metakognisi dan kedewasaan spiritual. Gapura Panca Waluya mengajak guru menjadi pendidik jiwa, mendampingi siswa mengevaluasi cara berpikir, sikap, dan solusi yang dipilih dalam menyelesaikan masalah. Dari sinilah lahir kesadaran untuk terus memperbaiki diri demi masa depan bangsa.

Kedua: Evaluasi Empatik dan Tidak Menghakimi; Kurikulum Cinta menggeser paradigma evaluasi dari hukuman ke pertumbuhan. Evaluasi bukan momen penilaian akhir, melainkan ruang aman untuk memahami kekeliruan sebagai bahan bakar kemajuan. Dalam tahap ini, guru menghadirkan umpan balik yang empatik dan solutif. Di Jabar, praktik evaluasi ini mulai diterapkan melalui dialog reflektif di akhir setiap proyek pembelajaran, yang mendorong siswa mengenal kekuatan, kelemahan, serta aspirasi pribadinya.

Ketiga: Kolaborasi Evaluatif antara Guru dan Siswa; Evaluasi dalam Deep Learning adalah proses kolaboratif, bukan monolog guru. Guru memfasilitasi ruang refleksi kolektif, tempat siswa saling berbagi cara menyelesaikan masalah dan apa pelajaran yang mereka dapat. Di Jabar, pendekatan ini dikuatkan melalui "Forum Refleksi Mingguan" di beberapa sekolah pelaksana Gapura Panca Waluya. Hasilnya, siswa lebih terbuka, saling menginspirasi, dan tumbuh dalam solidaritas.

Keempat: Keterlibatan Orang Tua dalam Refleksi Pendidikan; Orang tua memiliki peran penting dalam menguatkan budaya reflektif. Melalui pendekatan Kurikulum Cinta, sekolah di Jabar melibatkan orang tua dalam diskusi pascaproyek dan refleksi belajar anak. Ini menciptakan kesinambungan antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua memahami proses belajar anaknya, maka pembelajaran tidak hanya hidup di ruang kelas, tetapi menjadi bagian dari dinamika keluarga dan masyarakat.

Kelima: Refleksi sebagai Pilar Nasionalisme Baru; Refleksi mendalam terhadap proses belajar memberi ruang untuk menumbuhkan nilai kebangsaan dan identitas diri. Di era 5.0, siswa tidak cukup cerdas secara digital mereka harus tangguh secara spiritual dan sosial. Dengan pendekatan Deep Learning dan Gapura Panca Waluya, refleksi diarahkan tidak hanya untuk keberhasilan akademik, tetapi juga kontribusi nyata bagi masyarakat dan negara. Inilah bentuk nasionalisme substantif yang dibutuhkan Indonesia Emas 2045.

Refleksi dalam Deep Learning bukan hanya strategi teknis, melainkan fondasi budaya pendidikan baru. Ini memperkuat karakter, kesadaran, dan tanggung jawab. Diperlukan pelatihan intensif bagi guru untuk menerapkan refleksi formatif yang empatik. Pemerintah daerah, khususnya di Jabar, dapat memperluas program pembinaan reflektif di sekolah dan madrasah berbasis Gapura Panca Waluya. Keterlibatan aktif orang tua juga perlu difasilitasi melalui platform komunikasi reflektif.

Menghadapi tantangan era 5.0 dan bonus demografi, pendidikan kita harus melampaui transfer ilmu. Ia harus menjadi ruang tumbuhnya kesadaran, tanggung jawab, dan cinta. Strategi refleksi dalam Deep Learning membuka jalan ke arah itu. Karena bangsa yang besar bukan hanya dibentuk oleh generasi cerdas, tetapi oleh mereka yang mau terus belajar, memperbaiki diri, dan mencintai bangsanya secara utuh. Wallahu A'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun