Mohon tunggu...
Ahmad Puncak
Ahmad Puncak Mohon Tunggu... PENIKMAT LITERASI -

Generasi Ulul Albab

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemuda dan Sisi Gelap Masyarakat Modern

24 Januari 2019   23:26 Diperbarui: 25 Januari 2019   00:17 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjajahan ini telah menimbulkan kerugian yang luar biasa besar baik material maupun sosial dan kultural yang bekas-bekasnya masih dirasakan hingga sekarang.

Ironisnya, penjajahan ini terus berlangsung hingga sekarang dalam bentuk penguasaan ekonomi, poklitik, sosial budaya dan IPTEK oleh Negara-negara Maju atas Negara-negara Berkembang, termasuk Negara-negara Islam. IPTEK telah dipergunakan untuk mendukung kelangsungan penjajahan model baru ini.

Itu sebabnya, meski dunia kini memasuki era global, namun globalisasi dalam bidang IPTEK tetap terbatas. Iptek dalam arti produk memang meluas dan menyebar di Negara-negara Berkembang. Namun, IPTEK dalam arti proses tetap dikuasai Negara-negara maju sebagai "Agen Tunggal" pengembangan dan penguasaan IPTEK. 

Akibatnya, seperti dikatakan pemikir islam kontemporer Bassam Tibi, terjadi konflik besar antara The dominant scientific-technology Western culture and the preindustrial non-Western culture, sehingga masyarakat dunia (word society) menjadi timpang alias tidak setara (non egalitarial), atau seperti dikemukakan tokoh perdamaian Norwegia, Jhon Galtung "kita hidup dalam suatu tatanan dunia yang feodal".

Modernisme diakui telah mendatangkan kekayaan secara material, tetapi sangat kering dan miskin secara etika dan moral. Segala sesuatu cenderung dilihat dari sudut kemajuan material. Ini sesungguhnya merupakan degredasi dan reduksi terhadap kualitas hidup manusia.

Akibatnya, nilai-nilai luhur kemanusiaan, sepeti kasih sayang, kebersamaan, solidaritas, dan persaudaraan sebagai sesama manusia kurang mendapat perhatian yang wajar dalam masyarakat modern.

Ketiga, materialisme modernitas. Modernitas, tulis John L. Esposito, tumbuh dari akar-akar materialisme. Buktinnya, modernisme ditopang oleh mesin ekonomi yang disebut kapitalisme. Kapitalisme merupakan motor dan penggerak modernisme.

Sebagai lanjutan dari materialisme, kapitalisme merupakan suatu paham yang memberikan nilai dan penghargaan amat tinggi terhadap kenikmatan lahiriyah. Modernisasi sering di artikan, terutama di Negara-negara Berkembang, sebagai usaha meningkatkan taraf hidup yang lebih makmur.

Akibatnya, modernisme, seperti telah disinggung lebih tertarik pada yang inderawi, lansung dan duniawi, dari pada yang rohani, tidak lansung, dan adiduniawi. Dalam pandangan yang demikian, maka jelas kriteria moral dan etika akan terdesak oleh kriteria manfaat dan kepentingan jangka pendek.

Keempat, Kehampaan spiritual masyarakat modern. Manusia modern, tulis Hossen Nasr, mengidap penyakit ketidakseimbangan psikologis akibat usahanya untuk hidup hanya dengan roti semata, membunuh semua Tuhan, dan membebaskan diri dari kekuatan Surgawi. Manusia modern juga mengidap penyakit pelupa atau alienasi. Ia menjadi lupa kepada dirinya sendiri, dan tentu saja lupa kepada pusat lingkungan eksistensi, yaitu Allah SWT.

Manusia modern menjadi sangat rentang penyakit karena ia sesungguhnya telah kehilangan salah satu aspeknya yang paling fundamental, yaitu spiritualisme. Ini merupakan ancaman bagi umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun