Mohon tunggu...
Bunyi Sunyi
Bunyi Sunyi Mohon Tunggu... Penulis - IQRA

Bacalah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menepih Setelah Hujan di Rutah

11 Januari 2024   16:39 Diperbarui: 11 Januari 2024   16:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://nu.or.id/puisi/sajak-rintik-hujan-zvM6C. 

Setelah menyalami hujan di Rutah, aku bertemu hujan dipantai Losari kota Masohi, turun tanpa diminta membasahi semua yang tidak seharusnya, membasahi semua yang telah dijaga.

Terus turun, padahal matahari sore itu masih tampak memeluk bumi dengan hangatnya. Sebentar lagi akan gelap, tanpa cahaya kita hanya akan menyaksikan gemuruh suara pilu membanjiri telinga tanpa sebab.

Entahlah, ini menjadi kesekian kalinya, aku menyaksikan pipi lembab di guyur hujan air mata, yang kadang paling susah ditebak, memang kehilangan membuat segalanya menjadi mendung, tapi Mereka benar-benar kuat, tersenyum, serta berpelukkan untuk saling menghangatkan.

Aku yakin semua orang punya luka, tapi dari mereka aku belajar banyak hal, satu diantaranya, bahwa tidak harus berebut dan ribut untuk didahulukan, tapi yang didahulukan adalah keharusan untuk disembuhkan. mereka memang pengantri terbaik setelah bebek.

Dari satu kedua, Tahun ke tahun, siang dan malam, semua akan berganti dan lenyap dengan nada yang hampir sama, yaitu lupa, tapi tidak dengan luka, sembuh yang berbekas.

*ditulis sebagai pengingat untuk mereka yang kuat bertahan dengan luka. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun