Aku mempunyai seekor ayam jago, aku menamai dia dengan panggilan Bang Jago. Setiap menjelang subuh Bang Jago selalu berkokok dengan suara paraunya yang cukup membuatku terbangun karena kandangnya berada tepat disamping kamarku. Aku tidak perlu alarm untuk bangun subuh, karena suaranya telah mewakili aku untuk segera bangun, kecuali kalau dia sedang sakit.
Tiap 2 kali sehari aku memandikannya dengan sampo terbaik di negeri ini, Bang Jago terlihat maskulin saat dia berjemur selepas dimandikan. Banyak ayam betina yang kepincut dengan gaya dan penampilannya. Bahkan pernah ada tetangga sebelah ingin mengawini ayam betinanya dengan Bang Jago milikku, alasan nya sederhana, agar keturunan ayam tetangga ku itu berkualitas, minimal mirip dengan Bang Jago lah kira kira.
Suatu hari Bang Jago kedatangan Ayam pejantan yang sepadan dengannya, tanpa basa basi Bang Jago diserang dengan membabi tapi tidak buta, Bang Jago tampak kewalahan menghadapi rakyat yang sedang marah, (eh...maaf, maksudnya ayam pejantan) yang sedang marah, mungkin karena cemburu, Bang Jago kian terdesak, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akupun berinisiatif untuk menyelamatkan Bang Jago.
Kini Bang Jago tidaklah jago, dia mirip ayam sayur yang merenung dipojokan kandang, bulunya yang dulu indah sekarang terlihat kusam, persis seperti ayam jago jalanan. Aku gak habis pikir, mengapa dia kalah. Ternyata penampilan bukan segalanya, aku memutuskan untuk mengganti namanya  dari Bang Jago, menjadi Bang Ipin. Semangat ya Bang Ipin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
