Ungkapan terkenal "Cogito, ergo sum" atau "Aku berpikir, maka aku ada" yang dicetuskan oleh Rene Descartes merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah filsafat modern. Kalimat ini lahir dari usaha Descartes untuk menemukan dasar pengetahuan yang kokoh dan tidak dapat diragukan. Ia meyakini bahwa keberadaan manusia yang paling nyata adalah kemampuan berpikir. Ketika manusia meragukan segala sesuatu, maka keraguan itu sendiri membuktikan adanya kesadaran berpikir. Dengan berpikir, manusia menegaskan eksistensinya.
Jika kita tarik ke konteks kehidupan saat ini, ungkapan Descartes tersebut bisa dihubungkan dengan berbagai fenomena sosial, termasuk aksi demonstrasi yang sering muncul di berbagai daerah. Demonstrasi bukan sekadar kerumunan massa yang turun ke jalan, melainkan ekspresi nyata dari kemampuan berpikir kritis masyarakat terhadap situasi yang mereka hadapi.
Demonstrasi Sebagai Wujud "Aku Berpikir"
Demonstrasi lahir dari kesadaran kritis masyarakat atas kondisi tertenu, misalnya kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan, isu keadilan sosial, atau tuntutan kesejahteraan. Aksi turun ke jalan bukan hanya sekadar tindakan spontan, melainkan hasil dari proses berpikir: menimbang, menganalisis, dan kemudian mengambil sikap.
Dalam perspektif Descartes, demonstrasi adalah bentuk keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan berpikir, masyarakat mampu menyuarakan keberatan, harapan, dan ide-ide alternatif. Tanpa berpikir, masyarakat hanya akan diam dan menerima keadaan tanpa perlawanan.
"Aku Ada" dalam Suara Kolektif
Ungkapan "maka aku ada" menunjukkan bahwa berpikir menegaskan eksistensi seseorang. Dalam konteks demo, keberadaan massa tidak hanya ditunjukkan secara fisik dengan hadir di jalanan, tetapi juga secara filosofis: mereka ada karena mereka berpikir, merasa, dan menyadari adanya ketidakadilan.
Massa yang bersatu dalam aksi bukan hanya sekumpulan tubuh, tetapi juga kesadaran kolektif. Mereka mengartikulasikan pikiran yang sama menjadi suara bersama. Dengan demikian, demonstrasi menjadi bukti keberadaan masyarakat sebagai subjek aktif, bukan objek pasif dari kebijakan.
Relevansi Descartes: Dari Filsafat Individual ke Gerakan Sosial
Descartes berbicara tentang individu, kesadaran seorang manusia yang berpikir. Namun, dalam perkembangan zaman, gagasan ini bisa diperluas ke ranah sosial. Individu yang berpikir lalu berkumpul dengan individu lain membentuk kesadaran kolektif. Dari sinilah lahir gerakan sosial, termasuk demonstrasi.