Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Cogito, Ergo Sum": Relevansi Filsafat Rene Descartes dalam Dinamika Aksi Demonstrasi Masa Kini

3 September 2025   05:44 Diperbarui: 3 September 2025   05:44 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/lebcarrla 

Artinya, demonstrasi mencerminkan bahwa masyarakat tidak bisa direduksi menjadi angka-angka statistik atau objek kebijakan semata. Mereka adalah subjek yang ada karena mereka berpikir dan memilih untuk bertindak.

Kritik: Antara Rasionalitas dan Emosionalitas

Meskipun demikian, tidak semua demonstrasi lahir dari proses berpikir rasional yang mendalam. Ada kalanya demonstrasi dipicu oleh emosi sesaat, provokasi, atau kepentingan kelompok tertentu. Dalam hal ini, esensi "Aku berpikir" yang menegaskan keberadaan manusia sebagai makhluk rasional bisa tercemar oleh tindakan destruktif.

Oleh karena itu, penting bagi setiap aksi demonstrasi untuk berlandaskan pada kesadaran berpikir kritis, bukan sekadar emosi. Jika masyarakat mampu berpikir dengan jernih, maka demonstrasi akan menjadi media komunikasi politik yang konstruktif, bukan sekadar letupan kemarahan yang merusak.

Refleksi Untuk Kondisi Saat Ini

Dalam konteks Indonesia maupun dunia, demonstrasi merupakan hal yang wajar dalam sistem demokrasi. Ia adalah ruang di mana masyarakat menegaskan eksistensinya: 

"Kami ada, karena kami berpikir dan tidak tinggal diam."

Ungkapan Descartes memberi inspirasi bahwa aksi massa bukanlah tindakan irasional, melainkan bentuk nyata kesadaran manusia. Keberadaan masyarakat sebagai warga negara ditegaskan melalui kemampuan berpikir kritis, menyuarakan pendapat, dan memperjuangkan perubahan.

Kesimpulan

Rene Descartes melalui  ungkapan "Cogito, ergo sum" menekankan bahwa eksistensi manusia ditegaskan oleh kemampuan berpikir. Dalam konteks aksi demonstrasi, ungkapan ini menemukan relevansinya: masyarakat yang berpikir kritis kemudian bertindak untuk menyuarakan aspirasi adalah bukti nyata keberadaan mereka sebagai subjek sejarah.

Namun, agar demonstrasi benar-benar mencerminkan esensi "Aku berpikir, maka aku ada", maka harus dijaga agar tetap berlandaskan pada rasionalitas, etika, dan tujuan konstruktif. Dengan demikian, demonstrasi bukan hanya sekadar kerumunan, melainkan perwujudan kesadaran berpikir yang menegaskan keberadaan masyarakat dalam perjalanan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun