Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Bayang-Bayang Kekuasaan: Kebangkitan Banteng di Luar Arena

29 Februari 2024   15:37 Diperbarui: 29 Februari 2024   15:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suaramuslim.net/Ilustrasi oposisi. (Ils: ciputrauceo.net) 

Watimaga berjalan mendekati Yono. "Anda sudah melakukan hal yang benar," kata Watimaga, suaranya lembut namun tegas. "Terima kasih."

Yono hanya bisa mengangguk, terharu dengan penerimaan Watimaga. Ia sadar, meskipun pengkhianatannya tak bisa dihapus, ia telah berusaha untuk menebus kesalahannya.

Kemenangan pemilu menjadi awal era baru bagi Banteng. Mereka bersiap untuk menjalankan amanah rakyat dan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa. Perjuangan mereka selama bertahun-tahun, sebagai oposisi yang vokal dan konstruktif, akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan.

Bab 9: Lingkaran Penuh Makna

Lima tahun kemudian, Watimaga berdiri di podium kebanggaan, menatap wajah-wajah para hadirin yang memenuhi aula. Ia tak lagi menjabat sebagai ketua umum partai, melainkan sebagai Presiden Republik Indonesia. Perjalanan panjangnya, dari oposisi yang vokal hingga pemimpin tertinggi, dipenuhi lika-liku perjuangan dan pembelajaran berharga.

Upacara pelantikan presiden telah usai. Kini, pidato kenegaraan menjadi penanda dimulainya era kepemimpinan Watimaga. Suaranya lantang dan penuh semangat saat menyampaikan visi misinya untuk membawa bangsa menuju kemajuan dan kesejahteraan.


"Lima tahun lalu, kita berdiri di sini sebagai oposisi yang berjuang untuk rakyat," kata Watimaga, suaranya bergetar karena haru. "Hari ini, kita berdiri di sini sebagai pemimpin yang mengemban amanah untuk mewujudkan cita-cita bersama."

Ia tak lupa mengenang masa-masa sulit saat menjadi oposisi. Rintangan, kritikan, bahkan pengkhianatan, tak bisa memadamkan semangat juang mereka.

"Pengalaman sebagai oposisi telah mengajarkan kita banyak hal," lanjutnya. "Kita belajar untuk bersuara lantang, kritis, dan berani memperjuangkan kepentingan rakyat. Kita juga belajar arti penting menjaga persatuan dan integritas."

Watimaga tak hanya berpidato, ia juga mengajak seluruh rakyat untuk bersama-sama membangun bangsa. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat, serta pentingnya menjaga demokrasi dan keadilan sosial.

"Mari kita bangun Indonesia yang lebih baik, adil, dan sejahtera," seru Watimaga. "Bersama, kita bisa mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun